Rabu, 24 Oktober 2012

untuk apa aku

Erha dengan kampunya. Nyangegeng
 
   Nyanggeng, adalah nama kampung yang terletak di daerah bandung bagian barat, desa tanjung jaya, kec cihamplas. di pedalaman itulah aku lahir, dengan lebel suci dari tuhannya, tapi.. beranjak dewasa entah lebel itu masih melekat pada diriku atau tidak?

    Kabut gelap menyelimuti rumahku, perlahan masuk menusuk tulangku yang duduk termangu di depan rumah tua. Walau jeket berwarna hitam juga tebal menempel di badanku. Rasa dingin itu sangat asing di tubuhku, lima tahun lebih aku menjelajahi kota gersang, dengan kehidupan
keras di sekitarku. Banten. Kota itu yang kini membuatku asing dengan tanah kelahiranku sendiri. Tapi kini aku kembali, hidup di tengah kebersahajaan tanpa kesah, aku telah duduk di kursi kayu depan rumah, menyaksikan orang-orang beraktifitas.

    Kampung nyangegeng mulai menunjukan nafasnya kembali. Setelah beberapa bulan hujan tak kunjung menuruni tanah ini, namun semalam hujan mengguyur hingga subuh,  jalanan berdebu terasa beku, sehabis hujan. Suara langkah masih terdengar dari kaki-kaki tua menuju pesawahan, cangkul mulai di pikul di atas ketiak kakek tua itu lagi, rantang makanan kini mengeluarkan asap beraroma bawang, yang sudah ibu tua itu kemas semenjak subuh masih di hujani. Beberapa orang telah memulai cangkulannya di sawah depan rumahku. di balas dengan suara cangkul menusuk tanah di belakang rumahku, ya! memang rumahku di kelilingi pesawahan, dan kini sawah-sawah itu sedang berdetak.

     Aku mengingat masa kecilku dan orang tuaku. Suasana yang sahaja masih melekat di kampung kelahiranku, tapi justru kebersahajaan itu yang membuat aku harus menggulung senyum. Seperti matahari yang kini dihalangi kabut, batinku mulai gelisah. Kampungku ini sangat jauh dari kota, tak ada jalanan besar yg membahayakan anak-anak bermain, jalan desapun hanya menyajikan tanah bercampur batu, dengan lebar yang tak seberapa.
    Kini kerikil resah terus melenting di batinku. Kecemasan yang semakin kuat membetot kesadaranku, dan berhenti pada satu titik. Untuk apa aku kembali?

           bukan aku mnyesali kepulanganku
     namun hati tak hendak riang dengan keadaan ini
   beban semakin membumbung di pundaku
  karena hanya aku yang tak belajar membawa cangkul
kepergian ku hanyalah tuntutan semata, atau harapan desa kecilku mendidik penghuninya
tapi buku tak membawaku merubah cangkul di atas pundak tetangga kakekku.
resah, lemah aku.
 

Minggu, 21 Oktober 2012

Wanita Ini Pancing Lele Raksasa

Rekor Baru, Wanita Ini Pancing Lele Raksasa

"Aku hampir tersungkur ke tanah. Butuh waktu 30 menit, tapi aku tak mau menyerah."

Jum'at, 7 Oktober 2011, 02:29 Elin Yunita Kristanti, Amal Nur Ngazis
Lele raksasa
Lele raksasa (Daily Mail-BPNS) (Daily Mail-BPNS)
BERITA TERKAIT
VIVAnews - Tak mau bosan menunggu sang pacar memancing, Alexa Turness ikut-ikutan melempar kail di sungai. Siapa sangka, suatu saat aksi isengnya itu berujung ke peristiwa dramatis.

Bukan ikan biasa yang nyangkut di mata kailnya, tapi lele raksasa yang beratnya luar biasa: 97,5 kilogram. Ia jauh melampaui pacarnya, Kim Hamilton yang mengumpulkan ikan-ikan hingga seberat 85,7 kilogram.

Lele itu ia tangkap ketika berlibur di Spanyol. Perlu waktu setengah jam baginya berjuang menyeret lele itu ke daratan. Bagaimana tidak, lele itu besarnya 1,5 kali lipat dari tubuhnya. Panjangnya juga mencapai 2,55 meter.

Sang pacar dan pemandu wisata yang menemaninya memancing sampai ketakutan, khawatir lele itu akan menyeretnya ke dalam sungai.

Ini adalah ikan air tawar terbesar yang pernah ditangkap perempuan asal Inggris di mana pun di dunia. Ia melampaui rekor sebelumnya, meski hanya selisih setengah kilo.

Alexa dan pasangannya menghabiskan waktu seminggu untuk mengikuti Tur Lele di Sungai Segre di timur Spanyol. Lele raksasa itu ia tangkap di hari ketiga.

"Rahasia dari pencapaian saya adalah waktu yang tepat, dan tahu persis di mana ikan berada. Waktu paling tepat adalah pukul 11.30 malam," ujarnya.

Saat tertangkap, ikan raksasa itu, terus bergerak ke sana kemari, berontak. "Saat dia diam, aku menggulung benang dan menyeretnya," kata dia. Alexa mengaku perlu perjuangan berat untuk menariknya. "Saya hampir tersungkur ke tanah. Butuh waktu 30 menit, tapi aku tak mau menyerah," kata dia.

Namun, usahanya tak sia-sia. "Aku kagum ketika melihat betapa besar ikan itu," kata dia. Setelah ditimbang, diketahui beratnya 97,5 kilogram. 

Lalu diapakan ikan lele itu?

Alexa memutuskan untuk melepaskannya kembali ke habitatnya. Tentu saja setelah puas berfoto dengannnya. Alexa bahkan difoto berbaring dengan ikan yang ia tangkap.

Meski ikut senang dengan pencapaian Alexa, Kim Hamilton merasa kalah juga. "Itu adalah malam yang luar biasa, tapi sekarang saya harus menerima bahwa pasangan saya memiliki prestasi yang lebih besar dari saya, dan itu sulit untuk dilampaui,' ujar dia.

Dan Bennet, pemandu di Tur Lele, mengatakan, peristiwa itu sangat luar biasa. "Dia melakukan dengan sangat baik. Ikan tersebut juga tampak kelelahan saat ditarik ke daratan."

Rekor sebelumnya untuk ikan air tawar terbesar yang dipancing perempuan Inggris dipegang oleh Sheila Penfold, nenek berusia 56 dari Wandsworth, London Selatan. Beratnya 97 kilogram, juga dipancing di Spanyol. (Daily Mail-art)

Abu Nawas.

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi
  1. Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua
orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir. Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka. "Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu." Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berddfa di pihak yang benar. Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi." "Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan. "Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu." Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi. Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?" Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!" Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah. Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya
kepada Baginda." Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu" Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi." Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?" Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku." Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa. "Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda. Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut. "Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda. "Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa." Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda. Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini." Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap. "Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya." Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir. Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua." Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.

Jumat, 12 Oktober 2012

bukan jalanku



Kini Tara hampir sampai di rumah ibu Mimin, disana Tara akan menemui teman-temannya yang sedang berbunga-bunga karena izajahnya. sebelum tara masuk ke pelataran rumah ibu mimin, kini ia sedikit mengendap di samping tembok menyelidik keadaan di rumah ibu mimin, ia terus memerhatikan beberapa temannya yang sedari tadi telah duduk, dan ngobrol dengan beberapa teman yang lain yang baru datang ke sana. Tara masih belum siap menghampiri teman-temannya itu, ia masih bingung dengan jawaban yang pasti akan ditanyakan mereka padanya. Mengenai  akan kemanakah ia melanjutkan sekolahnya seusai SD ini. Untungnya tidak seorangpun yang mengetahui keberadaannya sekarang, ia masih mengendap di samping tembok rumah ibu mimin yang masih belum terkena smen, lantaran Tara datang dari arah belakng melewati sawah dengan berjalan kaki. Semua kawannya datang dari arah depan rumah bi mimin, hampir semua yang datang kerumah itu di antar orang tunya yang ikut riang dengan kelulusan anak-anaknya. Ada beberapa kawannya juga yang kini terlihat ceria dengan sepeda barunya. Tara tau itu adalah hadiah dari mereka para orang tua yang merasakan perjuangan anaknya belajar. Untuk itu wajar ketika moment ini di pergunakan untuk memberikan hadiah terbaik untuk anaknya. SMP telah didepan mata mereka, Tapi tara masih beruntung mengintip di sisi dinding tembok itu. Tak seorangpun yang berjalan kaki melintasi pesawahan. Hanya tara dan persembunyiannya.