Memahami Cinta Murni atau
Cinta Sejati
Mengapa cinta seringkali
melahirkan cemburu, kecewa dan duka ? Sesungguhnya, cinta sejati tidak akan
pernah menelurkan cemburu, kecewa maupun duka ! Yang mengakibatkan penderitaan
hanyalah cinta yang didorong nafsu. Cinta nafsu ini, seperti sudah menjadi
sifat dan ulah nafsu, ingin memiliki, ingin disenangkan dan ingin mengikat.
Karena itu tentu saja kalau orang yang ingin dimiliki dan diikat, orang yang
mendatangkan kesenangan itu akan diambil orang lain, berarti kesenangannya
hilang. Maka muncullah cemburu dan kebencian, lalu duka dan kesedihan. Cinta
nafsu ini pada hakekatnya hanya mencinta dirinya sendiri bukan orang yang
dicinta, yang mementingkan kesenangan diri pribadi. Cinta nafsu ini dapat
menyelinap dalam cintanya seorang laki-laki atau perempuan terhadap kekasihnya
sehingga sering terjadi sepasang kekasih yang tadinya bersumpah saling
mencinta, setelah menjadi suami istri, timbul perpecahan dan kebencian sehingga
mengakibatkan perceraian ! Ini bukti cinta nafsu. Selama masih dapat menikmati
kesenangan dari orang yang katanya cinta, makanya sikapnya mesra. Akan tetapi
setelah orang yang katanya dicinta itu tidak lagi memberi kesenangan kepadanya,
bahkan mendatangkan kesusahan, sikapnya berubah, dari cinta menjadi benci !
Lebih sering pula cinta nafsu
seperti ini menyelinap ke dalam rasa cinta seseorang terhadap sahabatnya.
Seribu kali sahabat itu mendatangkan kesenangan, maka dicintanya. Akan tetapi
sekali saja mendatangkan kesusahan, cintanya melayang dan berubah menjadi benci
dan seribu kali kebaikannya itu terlupakan !!, yang diingat hanya satu kali
keburukannya itu saja!.
Biarpun kata orang cinta antara
orang tuda dan anak itu murni, namun tidak jarang dikotori pula oleh cinta
nafsu model demikian. Selama anak penurut, maka dicinta orang tuanya. Kalau
membangkang, apalagi durhaka, akan dibenci orang tuanya tersebut karena tidak
mendatangkan kesenangan dan hanya mendatangkan kerugian lahir batin atau
kesusahan. Demikian pula sebaliknya, kalau orang tua dianggap baik dan
menguntungkan, maka si anak akan tetap mencinta dan berbakti. Akan tetapi tidak
jarang terjadi, kalau orang tua menentang kehendak si anak dan dianggap
merugikan atau menyusahkan, maka cinta dan kebaktian si anakpun berubah menjadi
kemarahan, bahkan mungkin kebencian. Cinta kasih sejati, cinta murni tidak akan
ada apabila orang mementingkan diri sendiri. Cinta sejati itu berarti MEMBERI,
berarti pula BERANI BERKORBAN, berarti tidak adanya si-aku atau nafsu yang
hendak menguasai. Cinta sejati bagaikan
lilin yang memberi penerangan dengan rela mengorbankan dan menghabiskan diri
sendiri. Cinta kasih sejati, terhadap siapapun juga, merupakan ibadah terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, selalu hidup dalam hati, tanpa pamrih untuk menguntungkan
si-aku melainkan sebagai kewajiban manusia yang menyalurkan kasih Tuhan
kepada manusia lain.
Kalau kita memperhatikan
semua benda dalam dunia ini, sinar matahari, hawa udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan,
kesemuanya itu merupakan bukti KASIH yang mulia dan sempurna dari Tuhan Yang
Maha Esa kepada manusia. Kesemuanya itu diadakan untuk menyenangkan dan
menghidupkan manusia di dalam dunia, tanpa ada pamrih sedikitpun untuk dirinya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar