keikhlasan memang susah di pelajari, rupanya benar adanya ikhlas, tapi seperti apa?
SD menes 1, disanalah aku belajar sedikit mengenai keikhlasan, ini menurutku. berawal dari mimpiku, selalu dengan mimpi yang aku kejar, sepertinya keinginanku menggapai mimpi telah meradang ke semua prilaku yang sedang aku jalani, contohnya dalam hal pekerjaan. beruntung mimpiku sedikit aneh, bukan mengejar ke kayaan yang seharusnya itu adalah hal yang sangat pasti di kejar kebanyakan orang, maaf ini aku yang menurut orang mungkin agak nyeleweng otaknya, yaaa bukan gila sih tapi pendirian. Saat itu aku menjadi penjaga sekolah di SD tersebut, pekerjaanku hanyalah berkutat di kebersihan sekolah dan penjamuan kepada guru-guru PNS, disana aku baru belajar hidup berdampingan dengan orang lain, bahkan dengan oran yang lebih tua senior dan pintar di banding aku.
tapi kerja disini kurang begitu pas dengan ke adaan aku saat ini, memang aku adalah orang pemalas, kerjaanku yang seharusnya membersihkan kantor dan menyapu semua ruangan terus di akhiri dengan mengepel lantai, belum begitu bisa aku kerjakan dengan baik, banyak sekali protes dari para guru yang selalu senang memperhatikan aku. Bu Ike dan Bu Ade sebut saja itu namanya, padahal itu nama samaran. Maaf sebelumnya mereka memang orang asing bagi saya Tapi sekarang merekalah obat pelipur lara bagi saya, kebiasaanku adalah bermain di perpustakaan tapi bukan karena aku membaca, melainkan karena aku tertidur kelelahan, hehehehe pantas saja mereka sering marah terhadapku ternyata setelah aku pikir-pikir memang aku yang salah dalam berprilaku. mungkin karena seringnya mereka memarahi aku dan juga ke takutan aku terhadap pak kepala sekolah yaitu pak Ahyani, membuatku harus terpaksa bekerja, bukan karena ikhlas tapi karena takut, selai itu kebiasaa ku ini memakai baju yang sangat kotor, bukan karena aku bekerja di tempat yang kotor tetapi karena aku sering sekali memakai baju yang itu-itu saja tanpa menggantinya dalam beberapa bulan, hahahahahaha jorok. Namun kesetiaan ibu -ibu di SD membimbing saya untuk menjadi manusia yang layak dan seperti manusia yang lain pada umunya. beberapa kali juga aku di ajak kerumahnya untuk sekedar mencuci. tetep di paksa.
"keikhlasan adalah kunci keberhasilan"
kata-kata itu saya dapat di waktu yang tak tepat menurutku. dulu ketika pertama kali aku mendengar kata-kata itu aku menggerakan bibir tanda kurang setuju dengan perkataan tersebut.
***
kini aku menjadi mandor di salahsatu proyek besar, pembuatan pabrik baja, letaknya cukup jauh dari pekerjaan ku menjadi pesuruh di SD, apalagi gajih yang aku dapat sangat jauh dari apa yang aku dapat di SD. disana aku mengenal uang dan mungkin sedikit lupa akan masa susahku, perubahan hidupku cukup terlihat dari berbagai sisi, sombong agak naik, egois semakin meninggi, hehehhehehe, sumpehhhh, sering aku mendapad keuangan atau projek sampingan, yang nominalnya melebihi gaji pokok aku sendiri. nah uang itu yang membuatku upa dengan retaknya iman ini, sering nya aku mem[ergunakan uang itu untuk berpoya-poya gak karuan ke mana-mana, bahkan tak jarang aku mampir ke tempat yang mungkin kurang pas aku ceritakan, satu tahun berjalan sudah aku hidup dengan penuh ke enakan membuang-buang uang, kadang aku bangun tengah malam, nahhhh disana aku ada sedikit perenungan, pekerjaanku karena uang tapi mengapa aku belum menjadi apa-apa, mengapa ini bisa terjadi.
singkat cerita aku sedikit mengerti, bahwa sebetulnya uang sering aku pakai poya-poya itu juga adalah hasil kurang baik. mungkin haram, atau apalah pokoknya gak baik tu uang sehingga aku belum bisa menggunakan uang itu untuk hal yang baik.
suatu pagi ketika saya sedang berlibur di daerah dekat sekolah SD dulu di mana saya hanya mendapat 100 rbu dari hasil kerjaku selama satu bulan, aku melihat pekerjaanku sudah ada yang menggantikan, aku mengamatinya ia sangat kelelahan dengan pekerjaannya tapi masih telihat bersemangat dengan apa yang dia kerjakan, tak seperti aku yang selalu mengeluh dengan gaji 3jutaku, anehhhh, orang itu sedang mengepel tapi matanya berbinar, kulitnya putih walau sedikit kurus, dengan gaji seratus ribunya. setelah aku tau nema anak itu adalah Hakim.si pekerja ikhlas.
sepuluh tahun kemudian.
aku di pecat dari pekerjaanku karena seringnya aku telat datang ke kantor, memang semaleman sering aku bergadang dan bermain gak jelas. di tambah bisnis sampinganku mengenai pengurangan dan pelebihan nota pembelian di ketahui lawan kerjaku, mungkin dia adalah salah satu orang yang sangat senang ketika aku jatuh seperti ini.
akupun pulang dan berniat melamar pekerjaan kembali di sekolah SD itu, ada sesuatu yang berubah, di SD tersebut, dulu aku mengenal Hakim sebagai pesuruh tukang cuci dan pel, tpi katanya karena kebiasaannya beristirahat di perpustakaan, tapi bukan karena tertidur seperti aku, melainkan ia suka membaca, dan belajar di sana, beberapa buah Novel telah ia lahirkan dari kerjaan mungilnya, karyanya yang di barengi dengan syukur dan ikhlas membawanya menjadi manusia pembuat pekerjaan bagi yanglain, kini ia menjadi guru di salah satu sekolah terbaik di kota itu. dan kini aku menjadi salahsatu pekerjanya lewat kemahiranku dulu aku menjadi sopir pribadinya. membantu kemanapun ia pergi mendampingi kesibukannya. " ia penulis" dan aku " sopirnya"
ternyata benar "ikhlas" itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar