Sajak
Kalangkang Gunung
karya "ERHA JUNA
Salamsalam.
Punsapun kanu maha Agung.
Gunung Karang, Gunung
Salak, Gunung Gedé Gunung Honjé.
Gunung. Gunung Batur. Gunung urang!!
Sanghiyang sirah, Sanghiyang dengdek. Kini wajahmu pilu, karna hanya dijadikan lukisan dalam situs goa yang tua. Langkah bekas peradaban purbakala, gemulainya mengalir maju tak membekas lagi. hahahaha
kiwari geus wancina.
sekarang sudah waktunya!!
perubahan itu harus dicita-citakan, bak anak panah yang bergerigi berubah menjadi pedang Emas. Tapi, malah perburuan berklompok yang nyatanya belum usai, manusia kini memang pintar dalam bersalah. Hingga masa terbating peradaban busuk yang nyata, kelompok-kelompok intelektual hanya menjadi gelembung Syahwat. Kerakusan tumbuh dengan indah nan menawan. Kita lupa dengan masa yang kian bergulir, memutar membentuk pusaran ombak yang bergemuruh dipelataran krakatau, gunung simbol kemuakan.
Apa kita lupa akan masa itu?
atau senantiasa sengaja bersikap lugu?
ketika kemuakan makhluk tuhan memuncak, mengoyak raga sampai ujung pulau. Menerobos dinding alam, mencabik kulit hanya seketika menjadi keriput hangus. bongkahan-bongkahan kerikil amarah menusuk kulit.
hewan malang tengah bersujud terbawa laknat!!
siapakan yang hina?
masih bodohkah hati yang tak merasa?
KAU!!!
Kau nista. Hahahahaha
mengapa kau menyunggingkan bibir?
tak sadarkah gerangan dengan ulah cerdikmu menundukan prasasti sanghiyang dengdek. Walau dalam sknario Konon, tatapannya itu, tajam memaku pulosari. Energi dari sorot matanya sedikit meneduhkan tiang pancang bumi pertiwi bagian ujung, kabut yang amat tebal ketika senja tergelincirpun sedik meringankan kebencian lalu menambah ketenangan akannya,
Hingga malam tiba makhluk tuhan itu seakan hanya bayangan dalam gelapnya, sangat besar dan gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar