Bukan tepi seperti ini yang aku cari, keinginanku yang aku rancang menjadi mimpi adalah melihat bapak dan ibuku tersenyum, berbagai cara hendak dan sudah aku tempuh agar mimmpi itu terwuju, ketika aku paham dan menemukan rancangan agar kedua bibir indah ibu dan bapak, menebarkan senyum yang indah, aku bergegas segera pulang mempersembahkan tiket umroh untuk mereka berdua, kini mereka yang terlalu sempurna itu telah di ambil pemiliknya, tiket ini aku persiapkan selama jutaan hari ratusan minggu dan puluhan tahun, akhirnya harus terdampar begitu saja di tepi mimpi ku. Kini aku akan mengganti harapan itu karena ketika ku sadar ke tiga adikku tengah tersenyum dengan semua ini. Erha
Minggu, 11 November 2012
Sabtu, 10 November 2012
sang nabi
Kutipan karya Khalil GIbran 'Doa Sang Nabi'
Di kutip dari kumpulan karya Khalil Gibran yg di ambil dari buku ,
'' Doa Sang Nabi..''
CINTA
LALU berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Ditengadahkan kepalanya dan memandang pada orang-orang itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata :
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia kan menyalibmu. Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula diaada untuk pemanakasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang- guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya. sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan, biarlah ini menjadi aneka keinginanmu: Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali, yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.
Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita puji pada bibirmu
PERSAHABATAN
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang kebenaran Persahabatan
Dan mendapat jawaban:
Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.
Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata "tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "ya".
Dan bilamana ia diam, hatimu tiada 'kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berdukacita;
Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan.
Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.
WAKTU
Dan seorang pakar perbintangan berkata, Guru, bagaimanakah perihal Waktu?
Dan dia menjawab:
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?
Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,
Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan
Rabu, 24 Oktober 2012
untuk apa aku
Erha dengan kampunya. Nyangegeng
Nyanggeng, adalah nama kampung yang terletak di daerah bandung bagian barat, desa tanjung jaya, kec cihamplas. di pedalaman itulah aku lahir, dengan lebel suci dari tuhannya, tapi.. beranjak dewasa entah lebel itu masih melekat pada diriku atau tidak?
Kabut gelap menyelimuti rumahku, perlahan masuk menusuk tulangku yang duduk termangu di depan rumah tua. Walau jeket berwarna hitam juga tebal menempel di badanku. Rasa dingin itu sangat asing di tubuhku, lima tahun lebih aku menjelajahi kota gersang, dengan kehidupan keras di sekitarku. Banten. Kota itu yang kini membuatku asing dengan tanah kelahiranku sendiri. Tapi kini aku kembali, hidup di tengah kebersahajaan tanpa kesah, aku telah duduk di kursi kayu depan rumah, menyaksikan orang-orang beraktifitas.
Kampung nyangegeng mulai menunjukan nafasnya kembali. Setelah beberapa bulan hujan tak kunjung menuruni tanah ini, namun semalam hujan mengguyur hingga subuh, jalanan berdebu terasa beku, sehabis hujan. Suara langkah masih terdengar dari kaki-kaki tua menuju pesawahan, cangkul mulai di pikul di atas ketiak kakek tua itu lagi, rantang makanan kini mengeluarkan asap beraroma bawang, yang sudah ibu tua itu kemas semenjak subuh masih di hujani. Beberapa orang telah memulai cangkulannya di sawah depan rumahku. di balas dengan suara cangkul menusuk tanah di belakang rumahku, ya! memang rumahku di kelilingi pesawahan, dan kini sawah-sawah itu sedang berdetak.
Aku mengingat masa kecilku dan orang tuaku. Suasana yang sahaja masih melekat di kampung kelahiranku, tapi justru kebersahajaan itu yang membuat aku harus menggulung senyum. Seperti matahari yang kini dihalangi kabut, batinku mulai gelisah. Kampungku ini sangat jauh dari kota, tak ada jalanan besar yg membahayakan anak-anak bermain,

Kini kerikil resah terus melenting di batinku. Kecemasan yang semakin kuat membetot kesadaranku, dan berhenti pada satu titik. Untuk apa aku kembali?
bukan aku mnyesali kepulanganku
namun hati tak hendak riang dengan keadaan ini
beban semakin membumbung di pundaku
karena hanya aku yang tak belajar membawa cangkul
kepergian ku hanyalah tuntutan semata, atau harapan desa kecilku mendidik penghuninya
tapi buku tak membawaku merubah cangkul di atas pundak tetangga kakekku.
resah, lemah aku.
Minggu, 21 Oktober 2012
Wanita Ini Pancing Lele Raksasa
Rekor Baru, Wanita Ini Pancing Lele Raksasa
"Aku hampir tersungkur ke tanah. Butuh waktu 30 menit, tapi aku tak mau menyerah."
Jum'at, 7 Oktober 2011, 02:29
Elin Yunita Kristanti, Amal Nur Ngazis

Lele raksasa (Daily Mail-BPNS) (Daily Mail-BPNS)
BERITA TERKAIT

VIVAnews -
Tak mau bosan menunggu sang pacar memancing, Alexa Turness ikut-ikutan
melempar kail di sungai. Siapa sangka, suatu saat aksi isengnya itu
berujung ke peristiwa dramatis.
Bukan ikan biasa yang nyangkut di mata kailnya, tapi lele raksasa yang beratnya luar biasa: 97,5 kilogram. Ia jauh melampaui pacarnya, Kim Hamilton yang mengumpulkan ikan-ikan hingga seberat 85,7 kilogram.
Lele itu ia tangkap ketika berlibur di Spanyol. Perlu waktu setengah jam baginya berjuang menyeret lele itu ke daratan. Bagaimana tidak, lele itu besarnya 1,5 kali lipat dari tubuhnya. Panjangnya juga mencapai 2,55 meter.
Sang pacar dan pemandu wisata yang menemaninya memancing sampai ketakutan, khawatir lele itu akan menyeretnya ke dalam sungai.
Ini adalah ikan air tawar terbesar yang pernah ditangkap perempuan asal Inggris di mana pun di dunia. Ia melampaui rekor sebelumnya, meski hanya selisih setengah kilo.
Alexa dan pasangannya menghabiskan waktu seminggu untuk mengikuti Tur Lele di Sungai Segre di timur Spanyol. Lele raksasa itu ia tangkap di hari ketiga.
"Rahasia dari pencapaian saya adalah waktu yang tepat, dan tahu persis di mana ikan berada. Waktu paling tepat adalah pukul 11.30 malam," ujarnya.
Saat tertangkap, ikan raksasa itu, terus bergerak ke sana kemari, berontak. "Saat dia diam, aku menggulung benang dan menyeretnya," kata dia. Alexa mengaku perlu perjuangan berat untuk menariknya. "Saya hampir tersungkur ke tanah. Butuh waktu 30 menit, tapi aku tak mau menyerah," kata dia.
Namun, usahanya tak sia-sia. "Aku kagum ketika melihat betapa besar ikan itu," kata dia. Setelah ditimbang, diketahui beratnya 97,5 kilogram.
Lalu diapakan ikan lele itu?
Alexa memutuskan untuk melepaskannya kembali ke habitatnya. Tentu saja setelah puas berfoto dengannnya. Alexa bahkan difoto berbaring dengan ikan yang ia tangkap.
Meski ikut senang dengan pencapaian Alexa, Kim Hamilton merasa kalah juga. "Itu adalah malam yang luar biasa, tapi sekarang saya harus menerima bahwa pasangan saya memiliki prestasi yang lebih besar dari saya, dan itu sulit untuk dilampaui,' ujar dia.
Dan Bennet, pemandu di Tur Lele, mengatakan, peristiwa itu sangat luar biasa. "Dia melakukan dengan sangat baik. Ikan tersebut juga tampak kelelahan saat ditarik ke daratan."
Rekor sebelumnya untuk ikan air tawar terbesar yang dipancing perempuan Inggris dipegang oleh Sheila Penfold, nenek berusia 56 dari Wandsworth, London Selatan. Beratnya 97 kilogram, juga dipancing di Spanyol. (Daily Mail-art)
Bukan ikan biasa yang nyangkut di mata kailnya, tapi lele raksasa yang beratnya luar biasa: 97,5 kilogram. Ia jauh melampaui pacarnya, Kim Hamilton yang mengumpulkan ikan-ikan hingga seberat 85,7 kilogram.
Lele itu ia tangkap ketika berlibur di Spanyol. Perlu waktu setengah jam baginya berjuang menyeret lele itu ke daratan. Bagaimana tidak, lele itu besarnya 1,5 kali lipat dari tubuhnya. Panjangnya juga mencapai 2,55 meter.
Sang pacar dan pemandu wisata yang menemaninya memancing sampai ketakutan, khawatir lele itu akan menyeretnya ke dalam sungai.
Ini adalah ikan air tawar terbesar yang pernah ditangkap perempuan asal Inggris di mana pun di dunia. Ia melampaui rekor sebelumnya, meski hanya selisih setengah kilo.
Alexa dan pasangannya menghabiskan waktu seminggu untuk mengikuti Tur Lele di Sungai Segre di timur Spanyol. Lele raksasa itu ia tangkap di hari ketiga.
"Rahasia dari pencapaian saya adalah waktu yang tepat, dan tahu persis di mana ikan berada. Waktu paling tepat adalah pukul 11.30 malam," ujarnya.
Saat tertangkap, ikan raksasa itu, terus bergerak ke sana kemari, berontak. "Saat dia diam, aku menggulung benang dan menyeretnya," kata dia. Alexa mengaku perlu perjuangan berat untuk menariknya. "Saya hampir tersungkur ke tanah. Butuh waktu 30 menit, tapi aku tak mau menyerah," kata dia.
Namun, usahanya tak sia-sia. "Aku kagum ketika melihat betapa besar ikan itu," kata dia. Setelah ditimbang, diketahui beratnya 97,5 kilogram.
Lalu diapakan ikan lele itu?
Alexa memutuskan untuk melepaskannya kembali ke habitatnya. Tentu saja setelah puas berfoto dengannnya. Alexa bahkan difoto berbaring dengan ikan yang ia tangkap.
Meski ikut senang dengan pencapaian Alexa, Kim Hamilton merasa kalah juga. "Itu adalah malam yang luar biasa, tapi sekarang saya harus menerima bahwa pasangan saya memiliki prestasi yang lebih besar dari saya, dan itu sulit untuk dilampaui,' ujar dia.
Dan Bennet, pemandu di Tur Lele, mengatakan, peristiwa itu sangat luar biasa. "Dia melakukan dengan sangat baik. Ikan tersebut juga tampak kelelahan saat ditarik ke daratan."
Rekor sebelumnya untuk ikan air tawar terbesar yang dipancing perempuan Inggris dipegang oleh Sheila Penfold, nenek berusia 56 dari Wandsworth, London Selatan. Beratnya 97 kilogram, juga dipancing di Spanyol. (Daily Mail-art)
Abu Nawas.
Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi
- Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua
orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir. Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka. "Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu." Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berddfa di pihak yang benar. Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi." "Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan. "Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu." Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi. Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?" Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!" Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah. Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya
kepada Baginda." Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu" Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi." Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?" Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku." Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa. "Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda. Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut. "Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda. "Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa." Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda. Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini." Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap. "Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya." Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir. Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua." Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.
kepada Baginda." Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda. Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu" Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi." Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?" Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku." Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa. "Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda. Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut. "Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda. "Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa." Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda. Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini." Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap. "Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya." Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir. Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas. Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua." Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.
Jumat, 12 Oktober 2012
bukan jalanku
Kini Tara hampir sampai di rumah ibu Mimin, disana Tara akan menemui teman-temannya yang sedang berbunga-bunga karena izajahnya. sebelum tara masuk ke pelataran rumah ibu mimin, kini ia sedikit mengendap di samping tembok menyelidik keadaan di rumah ibu mimin, ia terus memerhatikan beberapa temannya yang sedari tadi telah duduk, dan ngobrol dengan beberapa teman yang lain yang baru datang ke sana. Tara masih belum siap menghampiri teman-temannya itu, ia masih bingung dengan jawaban yang pasti akan ditanyakan mereka padanya. Mengenai akan kemanakah ia melanjutkan sekolahnya seusai SD ini. Untungnya tidak seorangpun yang mengetahui keberadaannya sekarang, ia masih mengendap di samping tembok rumah ibu mimin yang masih belum terkena smen, lantaran Tara datang dari arah belakng melewati sawah dengan berjalan kaki. Semua kawannya datang dari arah depan rumah bi mimin, hampir semua yang datang kerumah itu di antar orang tunya yang ikut riang dengan kelulusan anak-anaknya. Ada beberapa kawannya juga yang kini terlihat ceria dengan sepeda barunya. Tara tau itu adalah hadiah dari mereka para orang tua yang merasakan perjuangan anaknya belajar. Untuk itu wajar ketika moment ini di pergunakan untuk memberikan hadiah terbaik untuk anaknya. SMP telah didepan mata mereka, Tapi tara masih beruntung mengintip di sisi dinding tembok itu. Tak seorangpun yang berjalan kaki melintasi pesawahan. Hanya tara dan persembunyiannya.
Selasa, 18 September 2012
Apa itu Imam Mahdi
Imam Mahdi adalah satu nama yang cukup gah di kalangan umat Islam seluruh dunia,
sejak dahulu hinggalah hari kiamat. Imam Mahdi atau sebutan Melayunya, Imam Mahadi, sudah mendarah daging di kalangan umat Islam. Semua umat Islam yang mencintai kebenaran, sudah pasti ternanti-nanti bilakah akan munculnya Imam yang sebenar itu, tangan yang cukup kuat untuk melakukan tangkisan ghaib untuk semua umat Islam terhadap segala perkara, dari yang sekecilkecilnya hinggalah kepada yang sebesar-besarnya, sehingga hidup mereka menjadi sangat aman, makmur, bahagia, penuh berkat dan mencapai kemuncak keemasan bagi segala zaman keemasan. Sebenarnya, kitab-kitab karangan para ulama sejak dari zaman dahulu hinggalah ke saat yang terkini, yang ditulis sama ada secara khusus atau secara umum, yang menyentuh mengenai Imam Mahdi adalah terlalu banyak, jauh lebih banyak daripada hadis-hadis yang ada, yang menyebut tentang diri Imam Mahdi itu sendiri. Begitu juga buku-buku ilmiah, kertas-kertas kerja, tesis-tesis dan sebagainya yang ada kaitannya dengan Imam Mahdi itu, sama ada yang ditulis oleh orang yang memang ahli ilmu atau oleh orang biasa, sudah terlalu banyak hingga tidak dapat lagi disenaraikan, kerana sudah terlalu banyaknya. Di samping itu, kebanyakannya sudah diterbitkan, manakala sebahagian besar lagi masih dalam bentuk mentah - belum diterbitkan oleh mana-mana pihak. Tujuan mereka menulis kitab, buku, kertas kerja, tesis, analisis, dan sebagainya itu juga ada bermacam-macam. Ada yang tujuannya semata-mata untuk memberi ilmu kepada semua umat Islam sepanjang zaman, ada yang tujuannya untuk mendapatkan wang - mencari untung semata-mata, ada yang menulis kerana ingin mendapatkan segulung ijazah, ada yang bertujuan mencari nama, ada yang menulis untuk menambahkan bilangan kitab-kitab karangannya, ada yang menulis kerana minat terhadap bidang penulisan, ada yang menulis kerana mahu mempertahankan kesahihan hadis-hadis Imam Mahdi daripada dituduh secara semberono sebagai amat dhaif malah mauduk, walaupun
sejak dahulu hinggalah hari kiamat. Imam Mahdi atau sebutan Melayunya, Imam Mahadi, sudah mendarah daging di kalangan umat Islam. Semua umat Islam yang mencintai kebenaran, sudah pasti ternanti-nanti bilakah akan munculnya Imam yang sebenar itu, tangan yang cukup kuat untuk melakukan tangkisan ghaib untuk semua umat Islam terhadap segala perkara, dari yang sekecilkecilnya hinggalah kepada yang sebesar-besarnya, sehingga hidup mereka menjadi sangat aman, makmur, bahagia, penuh berkat dan mencapai kemuncak keemasan bagi segala zaman keemasan. Sebenarnya, kitab-kitab karangan para ulama sejak dari zaman dahulu hinggalah ke saat yang terkini, yang ditulis sama ada secara khusus atau secara umum, yang menyentuh mengenai Imam Mahdi adalah terlalu banyak, jauh lebih banyak daripada hadis-hadis yang ada, yang menyebut tentang diri Imam Mahdi itu sendiri. Begitu juga buku-buku ilmiah, kertas-kertas kerja, tesis-tesis dan sebagainya yang ada kaitannya dengan Imam Mahdi itu, sama ada yang ditulis oleh orang yang memang ahli ilmu atau oleh orang biasa, sudah terlalu banyak hingga tidak dapat lagi disenaraikan, kerana sudah terlalu banyaknya. Di samping itu, kebanyakannya sudah diterbitkan, manakala sebahagian besar lagi masih dalam bentuk mentah - belum diterbitkan oleh mana-mana pihak. Tujuan mereka menulis kitab, buku, kertas kerja, tesis, analisis, dan sebagainya itu juga ada bermacam-macam. Ada yang tujuannya semata-mata untuk memberi ilmu kepada semua umat Islam sepanjang zaman, ada yang tujuannya untuk mendapatkan wang - mencari untung semata-mata, ada yang menulis kerana ingin mendapatkan segulung ijazah, ada yang bertujuan mencari nama, ada yang menulis untuk menambahkan bilangan kitab-kitab karangannya, ada yang menulis kerana minat terhadap bidang penulisan, ada yang menulis kerana mahu mempertahankan kesahihan hadis-hadis Imam Mahdi daripada dituduh secara semberono sebagai amat dhaif malah mauduk, walaupun
sebenarnya tidak demikian, ada yang menulis kerana mahu mempertahankan kebenaran munculnya Imam Mahdi dan bermacam-macam niat lagi. Ada yang menulis mengenai Imam Mahdi itu dari satu aspek saja, ada yang menulis dari dua tiga aspek, dan ramai yang menulis dalam banyak aspek. Banyak karangan tersebut yang berbentuk cerita, untuk memberi lebih kefahaman kepada orang ramai terutamanya kanak-kanak dan orang yang baru belajar mengenali Imam Mahdi itu. Bentuk ini dapat membebaskan mereka daripada ikatan hadis-hadis yang banyak itu dan memberikan lebih ruang kepada mereka untuk menyalurkan pendapat dan pandangan sendiri. Ada karangan yang berbentuk huraian hadis, ada yang berbentuk penilaian hadis-hadis sama ada boleh dipercayai atau tidak, ada yang berbentuk kritikan sama ada terhadap rawi mahupun terhadap isi kandungan hadis itu sendiri, ada yang berbentuk penjelasan terhadap permasalahan semasa Imam Mahdi yang selalu ditimbulkan, ada yang berbentuk ringkasan cerita dan banyak pula yang berbentuk selari iaitu hadis-hadis dimasukkan tanpa sebarang ulasan atau komen. Ada yang begitu rajin memberikan sumber rujukannya sekali, berserta ulasan sama ada hadis itu sahih, hasan atau dhaif. Kebanyakan hadis yang diberi disertakan sekali sanad-sanadnya untuk lebih meyakinkan dirinya dan para pembaca. Yang mengkaji Imam Mahdi dari mazhab lain juga amat ramai, terutama di sebelah Timur Tengah dan Utara Afrika sana. Selain ditulis, banyak pula yang dibincangkan secara hangat di pentas pelbagai jenis forum, seminar, simposium, kolokium, ceramah, penerangan dan bermacam-macam nama lagi. Namun hasilnya, umat Islam di seluruh dunia masih tetap berpecah seperti sebelumnya juga, tidak berkurang. Yang menulisnya itu, ada yang imam mujtahid, ada yang imam mujaddid, ada yang ulama besar yang fakih, ada ulama besar yang fiqh, ada yang ulama kecil, ada yang ahli tasawuf, ada yang ahli sejarah, ada yang ahli hadis terkemuka, ada yang merupakan sarjana, ada yang merupakan ahli akademik, ada yang ahli kemasyarakatan, ada yang merupakan peramal masa hadapan, ada yang orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan ada yang orang biasa, ada yang dari kalangan orientalis Barat, malah ada yang menulis semata-mata kerana cukup berminat dengan peribadi Imam Mahdi yang dijanjikan itu. Penulis sendiri, pada peringkat awalnya tidak berhasrat untuk menulis mengenai Imam Mahdi ini dengan dua alasan utama. Pertama, kerana sudah terlalu banyak buku dan kitab di pasaran yang menceritakan secara lengkap mengenai Imam Mahdi. Terdapat bermacam-macam bentuk penulisan dan gaya mereka untuk menarik minat orang ramai agar membeli buku keluaran mereka. Tajuk-tajuk yang diberikan juga amat menarik dan penuh psikologi. Membaca buku-buku dan kitab karangan mereka sudah cukup memuaskan hati dan menambahkan ilmu. Kedua, kerana penulis sendiri bukanlah orang yang terlalu ahli dalam bidang ini. Penulis sendiri ketika itu masih belajar dan mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan Imam Mahdi itu. Kerana itu, penulis tidak bercadang untuk menulis dan menambahkan lagi kemeriahan buku-buku mengenai Imam Mahdi ini. Cukuplah dengan apa yang sudahpun ada di kalangan umat Islam. Tetapi rupanya kehendak Allah itu tidak dapat dihalang oleh sesiapa pun dan dengan apa
cara pun. Dia Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak. Dia juga Maha Tahu setiap apa yang dibuat-
Nya. Setelah mengkaji dengan lebih dalam dan lama, rupa-rupanya ada banyak perkara yang selama
ini tidak tersingkap di sebalik hadis-hadis yang jika dilihat sekali lalu, sangatlah bertentangan antara
satu sama lain dan juga isinya kelihatan berterabur di sana-sini.
Juga kerana banyak daripada hadis berkenaan yang selama ini didakwa sebagai dhaif, malah
banyak yang dikatakan mauduk, tetapi yang sebenarnya tidaklah demikian. Banyak pula hadis-hadis
berkenaan yang jika dilihat secara kasar, amat berlawanan matannya antara satu sama lain. Hadishadis
yang begini sifatnya sepatutnyalah dikaji semula dengan lebih mendalam, dinilai balik menurut
ukuran zaman sekarang, kerana Imam Mahdi itu zahir pada zaman kita - bukan pada zaman lapan
ratus tahun dahulu, atau empat ratus tahun dahulu - kemudian dihurai kembali menurut tafsiran yang
lebih sahih dan sesuai dengan zaman kita ini.
Sebab itulah juga rupanya yang mendorong penulis untuk mengemukakan kembali hadishadis
mengenai diri Imam Mahdi itu, dengan harapan supaya hadis-hadis itu tidak disalahanggapkan
sebagai dhaif dan berlawanan. Maka motif utama penulisan buku ini adalah untuk mengembalikan
semula hadis-hadis yang selama ini dipandang serong dan dhaif oleh sebahagian besar umat Islam -
termasuk para cendekiawannya - ke tempatnya semula, tempat yang selayaknya untuk hadis-hadis
Nabi SAW yang mulia itu.
Salah satu sebab utama buku ini ditulis pun adalah kerana di dalam tulisan mereka, penulispenulis
lain tidak berani memasukkan hadis-hadis yang dilihat berlawanan kerana pada pendapat
mereka, tindakan ini hanya mengundang lebih banyak masalah daripada baiknya dan kemungkinan
pula mereka sendiri turut terpengaruh (secara sedar atau tidak) dengan pendapat yang menerima
sebahagian hadis sahaja dan meninggalkan terus (dengan hati yang berat) sebahagian lagi yang
dilihatnya amat bertentangan itu. Antara tujuannya adalah untuk mengelakkan kekeliruan di hati
mereka dan di hati pembaca. Isi-isi hadis berkenaan yang amat tersirat itu juga dilihat seperti
berserakan di sana-sini, sehingga terpaksa disusun semula dengan teliti untuk mendapatkan rahsia
sebenar di dalamnya.
Penulis-penulis yang seperti ini kebanyakannya adalah dari kalangan sarjana moden yang
mengambil jurusan Usuluddin atau Mustalah Hadis sedangkan mereka masih kurang kajiannya.
Mereka hanya membaca buku-buku para penafi kemunculan Imam Mahdi dan sebuah dua kitab lama
yang dijadikan kajian kes, kemudian terus membuat ulasan berdasarkan apa yang dibacanya tadi.
Malah ramai pula yang mengambil bulat-bulat pendapat daripada orientalis Barat. Lazimnya mereka
mengkaji kitab-kitab berkenaan hanya untuk mengkritik sahaja, bukan untuk diyakini dan bukan pula
untuk mendapatkan hidayah Allah daripadanya.
Asalkan dapat ijazah, sudah. Betul atau tidak, itu cerita lain. Walaupun jumlah mereka yang
sebegini tidak terlalu ramai, keadaan ini tetap berterusan dari semasa ke semasa. Ada saja muncul di
sana sini para penyambung lidah cendekiawan atau sarjana terdahulu, yang memperkatakan hal ini,
membawa hujah dan dalil baru pula. Semuanya kelihatan begitu hebat dengan ilmunya dan yakin pula
dengan pendapat akalnya itu, iaitu berdasarkan perahan akal fikirannya yang didasarkan kepada
rumusan beberapa pendapat sebelumnya. Maka banyaklah pendapat para sarjana dan cendekiawan
Islam hari ini yang menjurus kepada tidak mempercayai kemunculan Imam Mahdi, berdasarkan akal
logik mereka, dan juga berdasarkan ilmu yang sampai pada akal fikiran mereka.
Sepatutnya mereka mengkaji lebih banyak lagi buku-buku dan ulasan yang diberikan oleh
para Huffaz yang kenamaan, serta ulama bertaraf mujtahid sejak zaman dahulu. Tidak patutlah
mereka ini bersikap berat sebelah sepanjang membuat kajian berkenaan. Kalaulah mereka membaca
kitab-kitab tersebut dengan penuh teliti dan saksama di samping memohon petunjuk daripada Allah,
pasti mereka akan malu untuk mendakwa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu sebagai terlalu dhaif
atau mauduk.
Bukanlah pula di sini bermakna penulis seorang yang terlalu berani meletakkan sesebuah
hadis secara semberono sahaja tanpa mengira sahih tidaknya hadis-hadis berkenaan, tetapi
berdasarkan kesesuaian masa dengan maksud hadis-hadis berkenaan dan kepercayaan kepada rawirawi
dalam riwayat hadis berkenaan, di samping meneliti kesesuaian matan hadis-hadis daif berkenaan
dengan suasana semasa pada hari ini. Selain itu, penelitian para Huffaz yang kenamaan mengenai hal
ini turut banyak mempengaruhi penulis.
Juga, kerana tidak ditemui lagi buku yang menceritakan fasa-fasa pemerintahan Imam Mahdi
itu secara menyeluruh, menyebabkan hadis-hadis itu tidak diletakkan ke tempat sebenarnya. Hanya
setelah meletakkan sesebuah hadis ke tempat sebenarnya, barulah dapat kita lihat betapa hadis-hadis
itu tidak bertentangan sebenarnya. Situasi ini gagal dihidu, ditangkap dan digarap oleh kebanyakan
orang pada hari ini, termasuk yang menggelarkan dirinya sebagai ulama, cendekiawan, sarjana,
profesional, ahli akademik dan golongan terpelajar.
Hal ini seperti disengajakan oleh para ulama besar zaman dahulu, untuk memberi peluang
kepada ulama zaman mutakhir ini untuk menulis dengan lebih terperinci lagi mengenai Imam Mahdi,
yang akan lahir pada zaman mereka pula, dan menyerahkan tugas menulis kembali periwayatan hadishadis
berkenaan kepada mereka. Allahlah yang memberikan kita semua taufik dan hidayah-Nya secara
yang amat meliputi.
Bagi kebanyakan hadis yang disertakan itu, penulis sertakan juga huraian ringkas di
bawahnya, dengan tujuan menambahkan lagi kefahaman dan keyakinan terhadap isi kandungan hadis
berkenaan, yang dirasakan sesuai dengan suasana pada hari ini - suasana akhir zaman. Pada bahagianbahagian
akhirnya pula, hadis-hadis itu dibiarkan begitu sahaja tanpa ulasan, kerana penulis serahkan
sepenuh kefahamannya kepada setiap individu. Tasawur awal telah diberi, maka yang selebihnya atas
keupayaan pemahaman masing-masing.
Demikianlah harapan besar dari penulis dan orang-orang yang mencintai kebenaran sejati,
semoga dengan terbitnya buku kecil ini, dapatlah diperbetulkan semula pandangan silap umat Islam
terhadap peribadi Imam Mahdi itu dan terhadap hadis-hadis yang selama ini dipandang berlawanan
antara satu sama lain. Semoga hadis-hadis itu dapat dikembalikan semula ke tempat yang selayak
untuknya. Ini zaman Imam Mahdi, patutlah kita sama-sama mengkaji keperibadian beliau yang selama
ini masih terselimut kukuh dengan pelbagai teka-teki dan misteri. Ini juga zaman Pemuda Bani
Tamim, Syuaib bin Saleh, maka perlu sangatlah kita meneliti dan mendalami hadis-hadis yang banyak
menyebutkan tentang keperibadiannya, perjuangannya dan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya
seperti yang tertera dalam hadis-hadis tersebut.
Harapan yang paling besar dari penulis, semoga tulisan ini akan menjadi pembuka minda kita
semua dalam meneruskan perjuangan ini - perjuangan akhir zaman, perjuangan yang paling getir dan
dan paling bermakna. Semoga hasil di dunianya akan kita lihat dan rasai sepenuh hati dan perasaan.
Iaitu sebelum hasil sebenar perjuangan kita itu kita kutip di akhirat sana nanti.
Hasil perjuangan itu adalah yang paling bernilai bagi seluruh umat Islam sepanjang zaman,
iaitu zahirnya Imam Mahdi yang sangat ditunggu dan dirindu. Setiap hati yang jernih pastilah amat
merindui zaman yang dijanjikan itu, suatu zaman yang gilang-gemilang dan tiada taranya, penuh
keberkatan dan kemakmuran, penuh iman dan amal soleh, tiada pertumpahan darah, pergaduhan,
malah tidak berketak hati walau antara dua orang pun di dunia ini.
Sesiapa yang tidak merindui ketibaan Imam Mahdi bolehlah dikatakan tidak sempurna
keimanan dan kecintaannya kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Juga kepada Ahlulbait. Katakata
ini bukanlah tidak berasas sama sekali atau mengada-ngada. Jika kita lihat dengan teliti ungkapan
para sahabat Radhiyallahu Anhum selepas kewafatan Nabi SAW, kita akan dapati bahawa mereka
sendiri turut mengharapkan agar Imam Mahdi itu lahir dan muncul pada masa mereka masih hidup
lagi, walaupun mereka amat tahu dan arif bahawa hal ini tidak akan berlaku sama sekali pada zaman
mereka.
Begitu pula sunnah para tabiin dan tabiit tabiin, mereka memang sangat mengharapkan
Imam Mahdi itu keluar pada masa mereka, walaupun mereka sangat arif bahawa Imam Mahdi itu
tidak akan keluar pada zaman mereka. Hal ini dapat dilihat dalam riwayat yang sampai kepada kita
mengenai keyakinan mereka bahawa Imam Mahdi itu akan muncul dalam tahun sekian-sekian.
Ini menjelaskan lagi bahawa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu memang benar dan
sahih. Jika tidak, masakan mereka yang mulia itu sanggup menghabiskan masa memperkatakan hal
yang (jika tidak benar dan tidak ada dalam agama) tidak ada dasarnya dalam agama, dan mengkaji
hadis-hadis mengenainya. Mereka juga saling berbincang antara satu sama lain dengan tujuan yang
sama pula.
Ini juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk penulis mengkaji lebih mendalam lagi
tajuk ini, sekali gus membantu menguatkan lagi hujah bahawa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu
memang benar lagi sahih. Sifat hadis-hadis itu adalah mutawatir, seperti yang telah diakui oleh para
Huffaz di seluruh dunia, sejak zaman-berzaman. Apa lagi yang boleh kita katakan, setelah para
Huffaz sebulat suara memperakukan kebenaran hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu, dan
mengisytiharkannya sebagai mutawatir.
Mereka juga sangat-sangat mengharapkan agar Imam Mahdi itu muncul pada zaman mereka.
Mereka, para tabiin dan tabiit tabiin tadi, memang telah diketahui, terutama oleh ahli-ahli tasawuf,
sebagai golongan yang tidak banyak berbicara, tidak suka berbicara melainkan pada perkara yang hak,
tidak suka omong kosong dan tidak mahu menghabiskan masa pada perkara yang tidak berfaedah
pada agama dan dunia. Masakan mereka mahu membicarakan perihal Imam Mahdi jika perkara itu
merupakan bidaah dan hadis-hadisnya dikatakan sebagai hadis palsu.
Mereka tiada sebarang kepentingan dalam memperkatakan masalah ini, sama ada
kepentingan yang bersifat peribadi, apatah lagi kekeluargaan dan perkauman masing-masing. Jauh
lagilah daripada mahu mengangkat mana-mana pemerintah ke kedudukan yang lebih baik. Mereka
tidak semudah itu memperdagangkan ilmu dan keyakinan mereka untuk mereka tukarkan dengan
mata benda yang amat kecil nilainya pada sisi Allah itu.
Lagipun, menurut kaedah syarak seperti yang telah ditetapkan oleh para ulama tahqiq, apabila
ramai ulama yang mujtahid menentukan sesuatu perkara, adalah mustahil bahawa perkara yang
ditetapkan itu salah atau batil. Lagi pun, golongan ulama yang menolak konsep Imam Mahdi ini
adalah datangnya daripada ulama mutaakhirin, sedangkan para ulama awwalin tidak ada seorang pun
yang kita ketahui menolaknya. Sehabis-habis tidak pun, mereka mendiamkan diri sahaja daripada
menyebutkan persoalan Imam Mahdi ini.
Selain itu, penulis sendiri amatlah berharap agar di dalam buku ini dapatlah disatukan
sebahagian besar - jika tidak pun keseluruhan - tanggapan, pendapat, huraian dan pandangan yang
berbeza-beza terhadap peribadi Imam Mahdi itu sendiri. Memang sebelum ini penulis masih lagi
belum menjumpai buku yang benar-benar berusaha memberikan huraian yang dapat menyatukan
kesemua pandangan dan huraian yang berbeza-beza tentang Imam Mahdi itu, walaupun masingmasing
menggunakan hadis dan sumber yang sama dalam memberikan hujah masing-masing. Maka,
penulis amat berharap agar dapat disatukan semua pandangan asas mereka, biar pun secara amat
ringkas.
Pandangan dan huraian yang dimaksudkan adalah huraian para ulama ahli kalam yang
menceritakan mengenai Imam Mahdi menurut pandangan mereka sebagai ahli ilmu kalam, juga
pandangan para ulama hadis yang sudah mencapai taraf Huffaz dalam ilmu mereka, juga pandangan
para ulama yang khusus mengkaji tentang Imam Mahdi dan membukukan pandangan masing-masing,
juga pandangan para sarjana moden yang pro dan kontra terhadap Imam Mahdi, pandangan para
ulama sufi yang melihat Imam Mahdi dari sudut pandangan mereka sendiri, dan pandangan ulama
akhir zaman yang terlibat secara langsung mengenai Imam Mahdi ini.
Maka dengan menggabungkan keenam-enam pandangan, tanggapan, huraian, tafsiran dan
pendapat ini, penulis amat berharap agar semua pandangan ini dapat disatukan dan difahami secara
yang lebih komprehensif dan kolektif, tidak lagi secara yang samar-samar dan tercerai-cerai. Penulis
amat yakin bahawa satu titik pertemuan dapat dicari untuk keenam-enamnya kerana semua mereka
menggunakan sumber yang sama dalam menjelaskan perkara itu. Hanya kerana masing-masing
kurang memerhatikan pendapat golongan lain, maka titik pertemuan yang sebenarnya satu sahaja itu
jadi terpecah-pecah dan seolah-olah tidak dapat disatukan lagi.
Selain itu, penulis juga memasukkan huraian-huraian yang dirasakan relevan dengan
kehendak-kehendak semasa dan situasi zaman moden. Setiap hadis, asar sahabat dan ungkapan tabiin
itu perlu dilihat dari sudut kita yang hidup pada zaman ini, bukannya menurut pandangan pada zaman
tabiin dahulu. Sebabnya, para sahabat dan tabiin melihat zaman kita ini menurut kasyaf yang terbuka
kepada mereka, dan mereka memahaminya menurut apa yang ada pada zaman kita, namun terpaksa
disesuaikan ungkapannya dengan suasana zaman mereka hidup, untuk mengelakkan fitnah dan
sangkaan-sangkaan buruk kebanyakan umat pada zaman itu.
Maka tugas kitalah pula untuk menterjemahkannya semula, sesuai menurut kehendak pada
zaman kita ini, kerana para sahabat dan tabiin itu menceritakan sesuatu yang berlaku pada zaman kita,
bukannya sesuatu yang berlaku pada zaman mereka. Maka satu titik pertemuan antara dua zaman
yang amat jauh berbeza itu perlu dicari dengan menggunakan kaedah dan alat yang sesuai, dan
diselesaikan menurut apa yang ada pada zaman kita ini, agar asar dan ungkapan tabiin itu tidak terus
menerus dipandang serong atau ditolak ke tepi.
Dengan menggabungkan keenam-enam unsur penting itu di samping huraian yang dirasakan
sesuai dan perlu dengan keadaan zaman ini, diharapkan semua bentuk kefahaman dan penjelasan
dapat disatukan sepenuhnya. Apa perlunya kita berbeza-beza pendapat sedangkan perkara yang
diperselisihkan adalah satu dan orang yang akan muncul kelak itu pun hanya satu itulah. Maka pada
peribadi Imam Mahdi itulah juga segala perkara akan dikembalikan. Beliau jugalah yang akan
menyatukan akidah kita sekaliannya kepada satu sahaja, yang akan menyatukan fikah kita kepada satu,
yang akan menyatukan tasawuf kita kepada satu sahaja, menyatukan tenaga, iman dan agama kita,
kerajaan kita dan lain-lainnya kepada satu sahaja, tidak ada duanya atau tiganya.
Hanya inilah sahaja caranya kita dapat menyelesaikan sesuatu masalah agama yang berbangkit
di kalangan umat Islam. Kita tidak ada cara lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan agama kita sendiri. Kembalilah kepada Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Itulah
yang terbaik dan itulah juga yang dikehendaki oleh agama kita yang suci dan mulia ini. Sama-samalah
kita memanjatkan doa kepada Allah agar kita diberikan-Nya hidayah untuk memahami ajaran sebenar
agama Islam ini dan seterusnya mengamalkannya sungguh-sungguh dalam kehidupan kita sehariharian.
Selamat membaca!
Sekianlah adanya, Allahu Waliyut Taufiq Wal Hidayah.
Salam Ikhwan dan takzim dari penulis.
Hamba yang banyak dosa,
Rabu, 12 September 2012
Sejarah Cadas Pangeran
Sumedang, kota kabupaten hasil ‘reinkarnasi’ dari Kerajaan Sumedang
Larang yang tersohor sebagai penerus kejayaan Kerajaan Pajajaran pasca
keruntuhannya tahun 1579 M (Naskah Wangsakerta). Beberapa raja yang
terkenal dari Sumedang Larang ialah Prabu Tadjimalela dan Prabu Geusan
Ulun. Setelah Kesultanan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung
menginvasi wilayah Priangan pada abad 17, status Sumedang Larang
diturunkan derajatnya menjadi Kadipaten (Kabupaten),yang berada dibawah
kendali seorang adipati atau bupati.
Memasuki masa kolonialisme, kadipaten Sumedang berada dalam genggaman
kuasa kolonial Eropa. Seperti halnya wilayah lain di nusantara, rakyat
Sumedang pun telah menorehkan riwayat perlawanan yang gigih terhadap
penguasa kolonial. Salah satu kisah terkenal dari perlawanan rakyat
Sumedang adalah peristiwa Cadas Pangeran.
Perlawanan Simbolik
Cadas Pangeran merupakan jalan raya sepanjang tiga kilometer
penghubung Sumedang dengan wilayah Bandung yang dibangun oleh Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendles (1808-1811) pada tahun 1809. Peristiwa
Cadas Pangeran ini dapat diartikan sebagai sebuah tindakan perlawanan
simbolik atau protes dari Bupati Sumedang ketika itu, Pangeran
Kusumadinata IX (1791 – 1828), terhadap ambisi Gubernur Jendral Herman
Willem Daendels yang berniat membangun jalan dari Anyer ke Panarukan.
Pangeran Kusumadinata IX atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Kornel marah melihat rakyatnya diperlakukan semena-mena oleh Daendels.
Seperti yang dikisahkan oleh para sesepuh Sumedang, peristiwa Cadas
Pangeran berawal dari pertemuan Pangeran Kusumadinata IX dengan Gubernur
Daendels ditengah-tengah proses pembangunan jalan raya teresbut.
Dikisahkan, Pangeran Kusumadinata IX melakukan jabat tangan dengan sang
Gubernur menggunakan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan sang pangeran
siap menghunus keris pusaka. Konon tindakan tersebut membuat Daendels
terkejut.
Adegan heroik itu kini diabadikan secara visual pada sebuah patung di
pertengahan jalur Bandung-Sumedang. Peristiwa itu juga yang kini
dijadikan nama jalan tersebut, yakni jalan Cadas Pangeran. Jadi,
istilah Cadas Pangeran bagi sebagian kalangan merefleksikan watak keras
atau ‘cadas’ dari sang Pangeran Sumedang. Namun ada pula makna lainnya,
yakni daerah tersebut memang memiliki areal yang berbukit cadas. Bukit
cadas itulah yang diubah menjadi bagian dari jalur yang dibangun
Daendels tersebut. Pekerjaan merubah sebuah bukit cadas menjadi jalan
raya itulah yang mendatangkan penderitaan hebat bagi rakyat Sumedang,
yang direkrut menjadi pekerja paksa (rodi) dan memicu kemarahan Pangeran
Kusumadinata IX selaku penguasa Sumedang.
Selain memprotes secara simbolik, menurut cerita, Pangeran Kornel
juga menantang Daendels duel satu lawan satu. Pangeran Kornel berkata
bahwa dirinya selaku adipati Sumedang lebih baik berkorban sendiri
daripada harus mengorbankan rakyat Sumedang.
Mendengar hal tersebut, Daendels pun terpaksa merubah siasat. Daendels
berjanji pada sang Pangeran bahwa tentara Zeni Belanda akan mengambil
alih pekerjaan pembuatan jalan. Sedangkan rakyat Sumedang dipersiapkan
sebagai tenaga cadangan saja.
Namun, Daendels tengah bermuslihat. Beberapa hari kemudian, Gubernur
yang dijuluki ‘Mas Galak’ oleh rakyat Jawa itu membawa ribuan pasukan
Belanda dengan tujuan menumpas perlawanan Pangeran Kornel dan rakyat
Sumedang. Rakyat Sumedang dibawah pimpinan Pangeran Kornel beserta
segenap pembesar Sumedang lainnya melawan dengan gigih penindasan
Belanda tersebut. Karena kekuatan Belanda yang tangguh, akhirnya
pemberontakan Pangeran Kornel berhasil dipadamkan. Pangeran Kornel dan
ratusan rakyat Sumedang gugur dibantai pasukan Belanda.
Selasa, 11 September 2012
ikhlas
keikhlasan memang susah di pelajari, rupanya benar adanya ikhlas, tapi seperti apa?
SD menes 1, disanalah aku belajar sedikit mengenai keikhlasan, ini menurutku. berawal dari mimpiku, selalu dengan mimpi yang aku kejar, sepertinya keinginanku menggapai mimpi telah meradang ke semua prilaku yang sedang aku jalani, contohnya dalam hal pekerjaan. beruntung mimpiku sedikit aneh, bukan mengejar ke kayaan yang seharusnya itu adalah hal yang sangat pasti di kejar kebanyakan orang, maaf ini aku yang menurut orang mungkin agak nyeleweng otaknya, yaaa bukan gila sih tapi pendirian. Saat itu aku menjadi penjaga sekolah di SD tersebut, pekerjaanku hanyalah berkutat di kebersihan sekolah dan penjamuan kepada guru-guru PNS, disana aku baru belajar hidup berdampingan dengan orang lain, bahkan dengan oran yang lebih tua senior dan pintar di banding aku.
tapi kerja disini kurang begitu pas dengan ke adaan aku saat ini, memang aku adalah orang pemalas, kerjaanku yang seharusnya membersihkan kantor dan menyapu semua ruangan terus di akhiri dengan mengepel lantai, belum begitu bisa aku kerjakan dengan baik, banyak sekali protes dari para guru yang selalu senang memperhatikan aku. Bu Ike dan Bu Ade sebut saja itu namanya, padahal itu nama samaran. Maaf sebelumnya mereka memang orang asing bagi saya Tapi sekarang merekalah obat pelipur lara bagi saya, kebiasaanku adalah bermain di perpustakaan tapi bukan karena aku membaca, melainkan karena aku tertidur kelelahan, hehehehe pantas saja mereka sering marah terhadapku ternyata setelah aku pikir-pikir memang aku yang salah dalam berprilaku. mungkin karena seringnya mereka memarahi aku dan juga ke takutan aku terhadap pak kepala sekolah yaitu pak Ahyani, membuatku harus terpaksa bekerja, bukan karena ikhlas tapi karena takut, selai itu kebiasaa ku ini memakai baju yang sangat kotor, bukan karena aku bekerja di tempat yang kotor tetapi karena aku sering sekali memakai baju yang itu-itu saja tanpa menggantinya dalam beberapa bulan, hahahahahaha jorok. Namun kesetiaan ibu -ibu di SD membimbing saya untuk menjadi manusia yang layak dan seperti manusia yang lain pada umunya. beberapa kali juga aku di ajak kerumahnya untuk sekedar mencuci. tetep di paksa.
"keikhlasan adalah kunci keberhasilan"
kata-kata itu saya dapat di waktu yang tak tepat menurutku. dulu ketika pertama kali aku mendengar kata-kata itu aku menggerakan bibir tanda kurang setuju dengan perkataan tersebut.
***
kini aku menjadi mandor di salahsatu proyek besar, pembuatan pabrik baja, letaknya cukup jauh dari pekerjaan ku menjadi pesuruh di SD, apalagi gajih yang aku dapat sangat jauh dari apa yang aku dapat di SD. disana aku mengenal uang dan mungkin sedikit lupa akan masa susahku, perubahan hidupku cukup terlihat dari berbagai sisi, sombong agak naik, egois semakin meninggi, hehehhehehe, sumpehhhh, sering aku mendapad keuangan atau projek sampingan, yang nominalnya melebihi gaji pokok aku sendiri. nah uang itu yang membuatku upa dengan retaknya iman ini, sering nya aku mem[ergunakan uang itu untuk berpoya-poya gak karuan ke mana-mana, bahkan tak jarang aku mampir ke tempat yang mungkin kurang pas aku ceritakan, satu tahun berjalan sudah aku hidup dengan penuh ke enakan membuang-buang uang, kadang aku bangun tengah malam, nahhhh disana aku ada sedikit perenungan, pekerjaanku karena uang tapi mengapa aku belum menjadi apa-apa, mengapa ini bisa terjadi.
singkat cerita aku sedikit mengerti, bahwa sebetulnya uang sering aku pakai poya-poya itu juga adalah hasil kurang baik. mungkin haram, atau apalah pokoknya gak baik tu uang sehingga aku belum bisa menggunakan uang itu untuk hal yang baik.
suatu pagi ketika saya sedang berlibur di daerah dekat sekolah SD dulu di mana saya hanya mendapat 100 rbu dari hasil kerjaku selama satu bulan, aku melihat pekerjaanku sudah ada yang menggantikan, aku mengamatinya ia sangat kelelahan dengan pekerjaannya tapi masih telihat bersemangat dengan apa yang dia kerjakan, tak seperti aku yang selalu mengeluh dengan gaji 3jutaku, anehhhh, orang itu sedang mengepel tapi matanya berbinar, kulitnya putih walau sedikit kurus, dengan gaji seratus ribunya. setelah aku tau nema anak itu adalah Hakim.si pekerja ikhlas.
sepuluh tahun kemudian.
aku di pecat dari pekerjaanku karena seringnya aku telat datang ke kantor, memang semaleman sering aku bergadang dan bermain gak jelas. di tambah bisnis sampinganku mengenai pengurangan dan pelebihan nota pembelian di ketahui lawan kerjaku, mungkin dia adalah salah satu orang yang sangat senang ketika aku jatuh seperti ini.
akupun pulang dan berniat melamar pekerjaan kembali di sekolah SD itu, ada sesuatu yang berubah, di SD tersebut, dulu aku mengenal Hakim sebagai pesuruh tukang cuci dan pel, tpi katanya karena kebiasaannya beristirahat di perpustakaan, tapi bukan karena tertidur seperti aku, melainkan ia suka membaca, dan belajar di sana, beberapa buah Novel telah ia lahirkan dari kerjaan mungilnya, karyanya yang di barengi dengan syukur dan ikhlas membawanya menjadi manusia pembuat pekerjaan bagi yanglain, kini ia menjadi guru di salah satu sekolah terbaik di kota itu. dan kini aku menjadi salahsatu pekerjanya lewat kemahiranku dulu aku menjadi sopir pribadinya. membantu kemanapun ia pergi mendampingi kesibukannya. " ia penulis" dan aku " sopirnya"
ternyata benar "ikhlas" itu.
SD menes 1, disanalah aku belajar sedikit mengenai keikhlasan, ini menurutku. berawal dari mimpiku, selalu dengan mimpi yang aku kejar, sepertinya keinginanku menggapai mimpi telah meradang ke semua prilaku yang sedang aku jalani, contohnya dalam hal pekerjaan. beruntung mimpiku sedikit aneh, bukan mengejar ke kayaan yang seharusnya itu adalah hal yang sangat pasti di kejar kebanyakan orang, maaf ini aku yang menurut orang mungkin agak nyeleweng otaknya, yaaa bukan gila sih tapi pendirian. Saat itu aku menjadi penjaga sekolah di SD tersebut, pekerjaanku hanyalah berkutat di kebersihan sekolah dan penjamuan kepada guru-guru PNS, disana aku baru belajar hidup berdampingan dengan orang lain, bahkan dengan oran yang lebih tua senior dan pintar di banding aku.
tapi kerja disini kurang begitu pas dengan ke adaan aku saat ini, memang aku adalah orang pemalas, kerjaanku yang seharusnya membersihkan kantor dan menyapu semua ruangan terus di akhiri dengan mengepel lantai, belum begitu bisa aku kerjakan dengan baik, banyak sekali protes dari para guru yang selalu senang memperhatikan aku. Bu Ike dan Bu Ade sebut saja itu namanya, padahal itu nama samaran. Maaf sebelumnya mereka memang orang asing bagi saya Tapi sekarang merekalah obat pelipur lara bagi saya, kebiasaanku adalah bermain di perpustakaan tapi bukan karena aku membaca, melainkan karena aku tertidur kelelahan, hehehehe pantas saja mereka sering marah terhadapku ternyata setelah aku pikir-pikir memang aku yang salah dalam berprilaku. mungkin karena seringnya mereka memarahi aku dan juga ke takutan aku terhadap pak kepala sekolah yaitu pak Ahyani, membuatku harus terpaksa bekerja, bukan karena ikhlas tapi karena takut, selai itu kebiasaa ku ini memakai baju yang sangat kotor, bukan karena aku bekerja di tempat yang kotor tetapi karena aku sering sekali memakai baju yang itu-itu saja tanpa menggantinya dalam beberapa bulan, hahahahahaha jorok. Namun kesetiaan ibu -ibu di SD membimbing saya untuk menjadi manusia yang layak dan seperti manusia yang lain pada umunya. beberapa kali juga aku di ajak kerumahnya untuk sekedar mencuci. tetep di paksa.
"keikhlasan adalah kunci keberhasilan"
kata-kata itu saya dapat di waktu yang tak tepat menurutku. dulu ketika pertama kali aku mendengar kata-kata itu aku menggerakan bibir tanda kurang setuju dengan perkataan tersebut.
***
kini aku menjadi mandor di salahsatu proyek besar, pembuatan pabrik baja, letaknya cukup jauh dari pekerjaan ku menjadi pesuruh di SD, apalagi gajih yang aku dapat sangat jauh dari apa yang aku dapat di SD. disana aku mengenal uang dan mungkin sedikit lupa akan masa susahku, perubahan hidupku cukup terlihat dari berbagai sisi, sombong agak naik, egois semakin meninggi, hehehhehehe, sumpehhhh, sering aku mendapad keuangan atau projek sampingan, yang nominalnya melebihi gaji pokok aku sendiri. nah uang itu yang membuatku upa dengan retaknya iman ini, sering nya aku mem[ergunakan uang itu untuk berpoya-poya gak karuan ke mana-mana, bahkan tak jarang aku mampir ke tempat yang mungkin kurang pas aku ceritakan, satu tahun berjalan sudah aku hidup dengan penuh ke enakan membuang-buang uang, kadang aku bangun tengah malam, nahhhh disana aku ada sedikit perenungan, pekerjaanku karena uang tapi mengapa aku belum menjadi apa-apa, mengapa ini bisa terjadi.
singkat cerita aku sedikit mengerti, bahwa sebetulnya uang sering aku pakai poya-poya itu juga adalah hasil kurang baik. mungkin haram, atau apalah pokoknya gak baik tu uang sehingga aku belum bisa menggunakan uang itu untuk hal yang baik.
suatu pagi ketika saya sedang berlibur di daerah dekat sekolah SD dulu di mana saya hanya mendapat 100 rbu dari hasil kerjaku selama satu bulan, aku melihat pekerjaanku sudah ada yang menggantikan, aku mengamatinya ia sangat kelelahan dengan pekerjaannya tapi masih telihat bersemangat dengan apa yang dia kerjakan, tak seperti aku yang selalu mengeluh dengan gaji 3jutaku, anehhhh, orang itu sedang mengepel tapi matanya berbinar, kulitnya putih walau sedikit kurus, dengan gaji seratus ribunya. setelah aku tau nema anak itu adalah Hakim.si pekerja ikhlas.
sepuluh tahun kemudian.
aku di pecat dari pekerjaanku karena seringnya aku telat datang ke kantor, memang semaleman sering aku bergadang dan bermain gak jelas. di tambah bisnis sampinganku mengenai pengurangan dan pelebihan nota pembelian di ketahui lawan kerjaku, mungkin dia adalah salah satu orang yang sangat senang ketika aku jatuh seperti ini.
akupun pulang dan berniat melamar pekerjaan kembali di sekolah SD itu, ada sesuatu yang berubah, di SD tersebut, dulu aku mengenal Hakim sebagai pesuruh tukang cuci dan pel, tpi katanya karena kebiasaannya beristirahat di perpustakaan, tapi bukan karena tertidur seperti aku, melainkan ia suka membaca, dan belajar di sana, beberapa buah Novel telah ia lahirkan dari kerjaan mungilnya, karyanya yang di barengi dengan syukur dan ikhlas membawanya menjadi manusia pembuat pekerjaan bagi yanglain, kini ia menjadi guru di salah satu sekolah terbaik di kota itu. dan kini aku menjadi salahsatu pekerjanya lewat kemahiranku dulu aku menjadi sopir pribadinya. membantu kemanapun ia pergi mendampingi kesibukannya. " ia penulis" dan aku " sopirnya"
ternyata benar "ikhlas" itu.
Senin, 10 September 2012
mati itu bisa indah.
kini Rohman merenung dengan segala bebannya. Bukan alam ini menjaga mendung yang tersia-sia, peranan jiwa dalam melajukan perasaan membanting kesadaran Rohman dengan keluh, punggungnya menegak bukankarena ia sangat kuat, dan ruangan itu terlalu sempit untuk membuat sedikit punggungnya beristirahat, apakah arti dari air mata, apakah arti dari perasaan, ia melambung jauh dengan tetesan-tetesan berasa laut, matanya membengkat memerah, sedikit bengkak walau pujian itu masih mengarah padanya.
"Mengapa kau Rahman, merenung di sudut tembok?" ungkap seorang kakek di depannya.
"Saya sedang menikmati keindahan hidup!" jawabannya santai dan bertolak belakang dengan pandangan si kakek, mungkin kakek itu menganggap hal yang seperti di lakukan Rohman adalah bukti keputus asaan, tapi jidat si kake mengkerut ketika mendapa jawaban dari Rohman dengan jelasnya. Bahkan Rohman berani menebarkan sedikit senyuman ikhlas untuk pertanyaan meragukan kekuatan hidupnya itu. sangkake pergi dengan bingungnya, bingung dengan keadaan Rohman yang menghawatirkan, tapi tak mau du khawatirkan, mungkin terlintas di hati si kake, bahwa anak muda berpakaiyan kemeja hijau lusuh itu sedan dan bercelana Jeans bolong, disempurnakan rambut gondrongnya yang bau terik matahari. sedang menanti ajal.
"kake jangan sungkan kalau kau ragu. Tanyakan saja hingga aku menjawab keraguanmu!" ucap Rohman ketika si kakek hendak pergi. serontak membuak kakek tua itu terkejut, kini dengan kemahiran Rohman membaca isi hati si kakek.
"sebetulnya kau ini siapa anak muda?" tanya si kake berbarengan dengan kepalanya yang melirik ke arah Rohman.
pertanyaan itu sangat sulit di cerna dengan nalar kita, pada konteks seperti itu, tiba-toba terucap pertanyaan seperti itu. tapi bukan Rohman kalu ia sangat sulit menjawab pertanyaan, baginya semua pertanyaan sama. dengan jawaban yang sama.
"saya orang yang sedang menikmati hidup!" jawab Rohman mengulang.
"lalu untuk apa kamu di sini?"
"saya sedang menikmati hidup."
"saya tidak melihat kamu sedang kenikmatan?" kakek meninggi.
"saya sedang menikmati hidup."
"jujur yah kamu seperti menangis?" suara si kake semakin menjurus ke singgungan.
"saya sedang menikmati hidup." ucapan itu membuat si kake geram.
"kamu gila."
"memang gila karna kenikmatan hidup sungguh tiada tara!" Rohman berlalu, dan dari tempat ia bersandar tadi tercecer banyak sekali darah segar, lalu jatuh satu-persatu mengikuti kangkah Rohman. hingga mengering di sebuah Mesjid.
"Mengapa kau Rahman, merenung di sudut tembok?" ungkap seorang kakek di depannya.
"Saya sedang menikmati keindahan hidup!" jawabannya santai dan bertolak belakang dengan pandangan si kakek, mungkin kakek itu menganggap hal yang seperti di lakukan Rohman adalah bukti keputus asaan, tapi jidat si kake mengkerut ketika mendapa jawaban dari Rohman dengan jelasnya. Bahkan Rohman berani menebarkan sedikit senyuman ikhlas untuk pertanyaan meragukan kekuatan hidupnya itu. sangkake pergi dengan bingungnya, bingung dengan keadaan Rohman yang menghawatirkan, tapi tak mau du khawatirkan, mungkin terlintas di hati si kake, bahwa anak muda berpakaiyan kemeja hijau lusuh itu sedan dan bercelana Jeans bolong, disempurnakan rambut gondrongnya yang bau terik matahari. sedang menanti ajal.
"kake jangan sungkan kalau kau ragu. Tanyakan saja hingga aku menjawab keraguanmu!" ucap Rohman ketika si kakek hendak pergi. serontak membuak kakek tua itu terkejut, kini dengan kemahiran Rohman membaca isi hati si kakek.
"sebetulnya kau ini siapa anak muda?" tanya si kake berbarengan dengan kepalanya yang melirik ke arah Rohman.
pertanyaan itu sangat sulit di cerna dengan nalar kita, pada konteks seperti itu, tiba-toba terucap pertanyaan seperti itu. tapi bukan Rohman kalu ia sangat sulit menjawab pertanyaan, baginya semua pertanyaan sama. dengan jawaban yang sama.
"saya orang yang sedang menikmati hidup!" jawab Rohman mengulang.
"lalu untuk apa kamu di sini?"
"saya sedang menikmati hidup."
"saya tidak melihat kamu sedang kenikmatan?" kakek meninggi.
"saya sedang menikmati hidup."
"jujur yah kamu seperti menangis?" suara si kake semakin menjurus ke singgungan.
"saya sedang menikmati hidup." ucapan itu membuat si kake geram.
"kamu gila."
"memang gila karna kenikmatan hidup sungguh tiada tara!" Rohman berlalu, dan dari tempat ia bersandar tadi tercecer banyak sekali darah segar, lalu jatuh satu-persatu mengikuti kangkah Rohman. hingga mengering di sebuah Mesjid.
Sabtu, 08 September 2012
Sang pelukis pilu
Kini masalah 12345 membuntuti aku, mereka
sudah enggan mengendap lagi, mungkin sudah bosan dengan semua pelarian ku,
ketika ku rebahkan badan ini di kasur perpustakaan sekolah yang hampir hancur
dan berwarna aneh itu, seakan Nampak jelas semua beban itu memburuku.
Tatakan ada toleransi
lagi, masalah No satu hampir mendekati garis finishnya, garis finis di mana aku
adalah garis itu, garis yang terlentang di kasur menyerupai cat putih tandan
akhir dari sebuah pelarian.
Motor, itulah masalah yang hampir sampai pada
ujungnya, tetapi aku masih belum siap dengan kedatangannya. Kolektor yang
sedari pagi sudah menelponi aku dan akan datang ke tempatku sekitar jam lima
sore hari ini, ia akan segera membawa motor yang telah aku perjuangkan selam
tiga tahun, dan aku pergunakan untuk mencari uanga kuliah kini hampir lenyap. Setoran
akhir belum bisa aku selesaikan, “Nunggak tiga bulan.” mungkin itu kata sangat
akan memperjelas keluhan ku siang ini. Aku sedikit senyum untuk menghilangkan
kegundahan ini, dan belaga lupa dengan jarum jam, yang kini sudah menunjukan
pukul lima kurang lima menit.
Jurus “hadapi dengan ketenangan dan jalan
terlentang kembali untuk ku tantang”
Pelari pertama
menjelang hilang, serupa motorku yang hilang, tapi pelari kedua mesih semangat
dengan buruan garis finishnya, lewat getaran HP di kantong celana kiriku, suara
di jauh sana berbunyi lebih pedas daripada depkolektor dengan bahasa sangarnya.
“Rik,
sepertinya anda tidak akan bisa mengikuti wisuda tahun ini. Jika tunggakan kamu
belum terlunasi.”
Begitu bunyinya,
membuat mata ini melotot selama beberapa menit, bukan karena marah, tapi aku
mencoba menyadarkan diri dari tidu ini, namun sayang ternyata aku tidak
tertidur dan semuanya ini adalah nyata, kenyataan yang harus aku hadapi seindah
belayan cadas ini, bila badak di ujung kulon masih dengan persembunyiannya lain
lagi dengan kasusku sekarang ini, tak ada lagi tempat bersembunyi dari kepiluan
ini. Walau aku awalnya menganggap hatiku melebihi kerasnya kulit badak,
ternyata ini adalah batang lilin yang meleleh di goda api yang sangat manis,
dan kecil, aku semakin redup dan hanya sedikit lagi batang kekuatanku untuk
melayani api kecil yang memakan lilin diri ini. Tanpa sadar airmata dari sang
badak meleleh menuruni curam hutang pelari 345.
“hahhhh,
masih ada ternyata hutang yang lain.”
Langganan:
Postingan (Atom)