Kamis, 26 Juli 2012

Memahami Cinta Murni atau Cinta Sejati


Memahami Cinta Murni atau Cinta Sejati

Mengapa cinta seringkali melahirkan cemburu, kecewa dan duka ? Sesungguhnya, cinta sejati tidak akan pernah menelurkan cemburu, kecewa maupun duka ! Yang mengakibatkan penderitaan hanyalah cinta yang didorong nafsu. Cinta nafsu ini, seperti sudah menjadi sifat dan ulah nafsu, ingin memiliki, ingin disenangkan dan ingin mengikat. Karena itu tentu saja kalau orang yang ingin dimiliki dan diikat, orang yang mendatangkan kesenangan itu akan diambil orang lain, berarti kesenangannya hilang. Maka muncullah cemburu dan kebencian, lalu duka dan kesedihan. Cinta nafsu ini pada hakekatnya hanya mencinta dirinya sendiri bukan orang yang dicinta, yang mementingkan kesenangan diri pribadi. Cinta nafsu ini dapat menyelinap dalam cintanya seorang laki-laki atau perempuan terhadap kekasihnya sehingga sering terjadi sepasang kekasih yang tadinya bersumpah saling mencinta, setelah menjadi suami istri, timbul perpecahan dan kebencian sehingga mengakibatkan perceraian ! Ini bukti cinta nafsu. Selama masih dapat menikmati kesenangan dari orang yang katanya cinta, makanya sikapnya mesra. Akan tetapi setelah orang yang katanya dicinta itu tidak lagi memberi kesenangan kepadanya, bahkan mendatangkan kesusahan, sikapnya berubah, dari cinta menjadi benci !

Lebih sering pula cinta nafsu seperti ini menyelinap ke dalam rasa cinta seseorang terhadap sahabatnya. Seribu kali sahabat itu mendatangkan kesenangan, maka dicintanya. Akan tetapi sekali saja mendatangkan kesusahan, cintanya melayang dan berubah menjadi benci dan seribu kali kebaikannya itu terlupakan !!, yang diingat hanya satu kali keburukannya itu saja!.

Biarpun kata orang cinta antara orang tuda dan anak itu murni, namun tidak jarang dikotori pula oleh cinta nafsu model demikian. Selama anak penurut, maka dicinta orang tuanya. Kalau membangkang, apalagi durhaka, akan dibenci orang tuanya tersebut karena tidak mendatangkan kesenangan dan hanya mendatangkan kerugian lahir batin atau kesusahan. Demikian pula sebaliknya, kalau orang tua dianggap baik dan menguntungkan, maka si anak akan tetap mencinta dan berbakti. Akan tetapi tidak jarang terjadi, kalau orang tua menentang kehendak si anak dan dianggap merugikan atau menyusahkan, maka cinta dan kebaktian si anakpun berubah menjadi kemarahan, bahkan mungkin kebencian. Cinta kasih sejati, cinta murni tidak akan ada apabila orang mementingkan diri sendiri. Cinta sejati itu berarti MEMBERI, berarti pula BERANI BERKORBAN, berarti tidak adanya si-aku atau nafsu yang hendak menguasai. Cinta sejati  bagaikan lilin yang memberi penerangan dengan rela mengorbankan dan menghabiskan diri sendiri. Cinta kasih sejati, terhadap siapapun juga, merupakan ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selalu hidup dalam hati, tanpa pamrih untuk menguntungkan si-aku melainkan sebagai kewajiban manusia yang menyalurkan kasih Tuhan kepada manusia lain.

Kalau kita memperhatikan semua benda dalam dunia ini, sinar matahari, hawa  udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, kesemuanya itu merupakan bukti KASIH yang mulia dan sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Kesemuanya itu diadakan untuk menyenangkan dan menghidupkan manusia di dalam dunia, tanpa ada pamrih sedikitpun untuk dirinya sendiri.

Mengendalikan Hawa Nafsu


Mengendalikan dan Menghadapi Hawa Nafsu


Tuhan Yang Maha Esa demikian mengasihi manusia sehingga berkah-Nya berlimpah-limpah. Demikian besar kasih-Nya sehingga manusia diciptakan hidup di dunia dengan perlengkapan badan yang sempurna dan disertai pula hati akal pikiran sebagai alat yang paling canggih. Bukan hanya itu semua, namun disertai pula nafsu sebagai bahan bakarnya agar manusia dapat mempergunakan semua alat tubuhnya untuk dapat menikmati kehidupan di dunia ini. Tanpa adanya nafsu, maka kehidupan akan menjadi hampa dan semua perlengkapan tubuh tidak dapat bekerja dengan sempurna. Namun, iblis yang selalu mengintai dan sudah sejak semula bersumpah untuk menggoda manusia dan menyeret manusia ke dalam perbuatan dosa, justru memanfaatkan kenikmatan hidup di dunia dengan membonceng pada nafsu manusia sendiri. Dengan demikian, maka keadaannya menjadi terbalik. Kalau semula manusia dengan jiwanya yang bersih menguasai, menjadi nafsu yang menguasai manusia dan akibatnya, manusia selalu mengejar-ngejar kenikmatan dan kesenangan dunia, menjadi budak dari nafsunya sendiri. Inginnya hanya enak-enak dan yang menyenangkan untuk diri sendiri sehingga untuk mendapatkan yang diinginkan dan dikejarnya itu, manusia menjadi lupa diri dan mempergunakan segala cara. Segala perbuatan jahat di dunia ini bersumber kepada nafsu ingin menyenangkan diri sendiri itulah.

Kebanyakan manusia menyadari akan kuatnya nafsu menguasai dirinya. Ada yang berusaha dengan segala macam cara untuk menundukkan dan mengalahkan nafsunya sendiri. Namun kebanyakan usaha manusia itu tidak berhasil. Mengapa demikian? Karena yang berusaha mengalahkan nafsu adalah hati akal pikiran, padahal di dalam hati akal pikiran itulah sang nafsu bersarang. Di situlah iblis berkuasa. Semua usaha dari pikiran untuk mengalahkan nafsu itu berarti mengalahkan diri sendiri dan usaha itupun bersumber dari nafsu itu sendiri !! Lalu bagaimana ? Siapa yang dapat menundukkan nafsu sehingga nafsu kembali ke tempatnya semula, yaitu menjadi peserta, menjadi alat dan menjadi pembantu yang setia, tidak lagi menjadi majikan yang menyeret manusia ke dalam dosa ?

Jawabannya hanya satu. Yang dapat mengalahkan dan menundukkan nafsu hanyalah yang mencipatakan nafsu itu sendiri. Siapakah yang menciptakan nafsu ? Sudah tentu adalah Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan sumber dari segala sesuatu. Karena itu, manusia hanya dapat berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuka diri secara total, sabar ikhlas tawakal sehingga kekuasaannya yang akan bekerja, membersihkan segala kotoran yang menodai jiwa. Kekuasan Tuhan yang akan mampu mengatur sehingga jiwa menjadi bersih kembali, menguasai nafsu yang kembali menjadi peserta atau pembantu yang baik. Yang tidak mungkin bagi manusia, sangatlah mungkin bagi Tuhan. Tak ada yang mustahil bagi Tuhan yang memiliki kekuasaan yang mutlak. 

[ Alap-Alap Laut Kidul – Asmaraman S. Kho Ping Hoo ]
Jilid 29 Halaman 29-31

Senin, 23 Juli 2012

KOMPOR IMPIAN


Kompor impian
E.R.H.A
Saat itu keluarga Tara sangatlah sulit dalam segi perekonomian, mengingat ayahTara sang mantan preman yang kini sakit parah sudah hampir dua tahun, sudah tidak busa lagi membiayai keperluan rumah tangga keluarganya, di samping itu biaya pengobaytan yang terbilang mahal dan tak mungkin lagi bisa di bayar tinggal menyisahan hutang yang lumaian besar, smangat ibu Taralah yang membuat semuanya masih bisa bertahan di posisi itu, Bi Niah kini selain mengajar mengaji di kampungnya ia sedikit belajar menjualkan pakaian milik tetangganya yang sedang berbisnis, alhasil lumayan untuk hanya makan dengan tempe atau hanya garam bisa rutin sehari sekali keluarga itu makan, Tara dan Tikri kini biasa mencari kayu bakan ke kebun orang untuk memasak nasi, walau kadang untuk mencari kayubakar tersebut mereka berdua harus berrela-rela berangkat pagi pulang sore guna mendapatkan kayu bakar tersebut.
          Ketika siang datang tara dan tikri selalu beristirahat di bawah pohon beringin yang sangat rindang, besar bahkan menjadi rumah kedua selain gubuknya di kampung nyangegeng sana. Air yang mengalir di sisi pohon sangat jernih mereka berdua selalu tergoda untuk membuk pakaiannya dan melepas semua lelah dengan madi di aliran air tersebut, ketika adzan duhur mengumandang pelan terbawa angin mengabarkan tanda waktu solat tiba mereka lagsung berjamaah di bawah pohon beringin itu beralaskan kain sarung  kusam yang bersih sebagai sajadahnya, sebelum solat mereka selalu berdebat dan memperbincangkan masalah yang serupa, yah` tentang malasnya Tkri untuk sembahyang.
Tara, “Dik kamu itu sedah besar sudah sepantasnya kamu rajin sembahyang!” ujar Tara sebagai kakak.
Tikri, “Malas ah, lagian aku cape kak!” kepalanya merunduk menghindari tatapan Tara.
Tara, “Ya. Sudah aku solat sendiri saja,” rasa kesal merasuki uli hati Tara
          Hingga perdebatan itu berakhir, seraya tara menggelar kain sebagai sajadah di atas tanah yang teduh karna pohon itu, beberapa kali Tara menrik nafas panjang, matanya terfokus pada kain sarung yang tergelar tepat di bawah kakinya,  sedikit ragu untuk memulai solatnya. Lalu tara membalik kepala ke arah Tikri yang masih duduk lelah di belakangnya. Tanpa sedikitpun lirikan dari Tikri tara mengucapkan sesuatu dngan nada pelan tapi lugas.
Tara, “Kalau kamu tidak mau solat, jangan pernah nunggu aku untuk plang, silahkan dulian karena aku tidak mau terbawa kesengsaraan di akhirat!”
          Serentak Tikri  merasa terkejut mendengar ucapan Tara yang begitu tidak memerdulikan dirinya, ketika dikri mengangkat kepalnya, ternyata tara sudah tidak lagi melihatnya, Tara telah khusuk menjalankan solatnya, rokaat pertama terlewati, angin berhembus ramah mendinginkan pikiran tara yang sedang berkomunikasi dengan penciptanya, Tikri masih dalam keraguannya antara malas dan Takut, Tikri kini beranjak dari duduknya entah kemana ia pergi, mungkin sakit hati karena sebelum solat tadi Tara mengusirnya dan enggan  bersamanya. Tetapi setelah Tara selesai solat dan mengucapkan salam Ke kanan dan ke kiri, mata tara sedikit berbinar, tepat di sebelah kiri tara Tikri telah menjadi ma`mumnya dan melanjutkan solatnya yang tertinggal.
          Kini pendapatan mereka sangat lumaian banyak, pastinya berita gembira ini ingin segera di perlihatkan kepada ibunya yang pasti sedang menanti-nanti kayu bakar di rumah, sambil membenahi tumpukan kayu bakar tera melirik ke arah Tikri memberi isyarat, kalau pencarian untuk hari ini sudah dirasa cukup, dan bergegas pulang, hati Tara girang melihat muka polos Tikri memang manis setelah di basuh dengan air wudhu, ajakan yang sangat manispin du lontarkan tara dengan kasih sayang nya, bukan hanya karena Tikri melaksanakan perintahnya untuk solat, melainkan Tara sangat sayang terhadap adik-adiknya, Tikri agak sedikit kesusahan membawa tumpukan kayu bakar tersebut, beberapa kali gulungan kayu itu terjatuh ketika Tikri hendak mengangkatnya dan menyimpannya di pundak tak berdagingnya, mata Tara kini mengkerut masih dengan penantian nya  terhadap adik tercintanya.
Tara, “Sinih aku bantu Tik!” seraya menurunkan buntelan kayu bakar yang telah di pikulnya.
          Masih dengan nada sinis, tiki si anak berhati cukup keras menolak ajakan kakaknya, ia memang cukup terkenal memiliki gengsi yang cukup tinggi, apa kagi menyangkut ke jantanan nya.
Tiki, “Tidak usah lah, aku juga mampu.”
          Hanya senyuman manis dan sedikit rasa bangga, terpancar dari wajah Tara menyikapi tingkah sok angkuh adiknya itu, Tara faham betul karakter adiknya, ia melanjutkan pikulannya dan berjalan menuju pulang, ajaibnya, Tiki kini bisa melewati langkah Tara dengan beban kayunya itu, beberapa kali Tiki mencoba melewati Tara, walau sangat jelas langkahnya yang cukup gontai itu memaksa memperkokoh kakinya,  hembusan kecil angin mengiringi pembuktian Tiki yang ingin sedikit di hargai ke dewasaannya oleh kakaknya itu, suara kaki mereka yang beradu menjadi irama yang merdu pemicu Tiki untuk selalu menjadi pemikul di garis terdepan, sehingga ia bisa menunjukan kepada kakak nya bahwa ia mampu membawa beban itu. Kini  Tara berada di belakang Tiki, bagi anak yang masih menggebu jiwanya seperti Tiki iitu adalah harga dirinya, Tiki menganggap ini adalah sebuah lomba. Dengan sircuit jalanan tanah untuk para pemikul kayu, walau keringat  semakin lama semakin banyak di sekujur tubuhnya, pantang bagi Tiki untuk beristirahat.
          Melihat adiknya yang begitu antusias membuktikan kemampuannya, Tara tidak begitu saja meladeni ajakan balapnya, padahal dengan langkah tenang Tara ia masih bisa menyusul atau minggalkan adiknya, namun Tara mencari inisiatip untuk memberikan hadiah beristirahat kepada adiknnya itu, benak Tara berputar memikirkan bagaimana caranya membuat Tiki berhenti sejenak untuk beristirahat karena Tara yakin, bahwa adiknya itu pasti sangat ke lelahan di balik gengsinya itu, namun bukan cara yang baik Ketikka Tara harus tiba-tiba menyuruh adiknya itu berhenti, karena respon Tiki tidak mungkin baik dan Tiki pasti akan menganggap kakaknya meremehkan kekuatannya, namun tara ingin sekali agar adiknya itu berhenti sejenak.
Tara, “Tik, saya cape tunggulah sejenak, kita beristirahat.” Inisiatif tara yang hebat tanpa, harus ketahuan bahwa sebetulnyaia memberikan kesempatan pada adiknya untuk istirahat, walau Tara masih sanggup melanjutkan perjalanan itu, Tikri tanpa basa-basi menyambut ajakan yang I tunggu –tunggu, keringak dengan seribu butir di setia tetes yang keluar dari dahi Tiki menunjukan bahwa sebenar nya ia sangat kelelahan, Tiki langsug menjatuhkan kayu yang di bawanya tanpa sedikit rasa takut kalau ikatannya itu akan lepas dan memisah gulungan kayu tersebut. Tara berhasil menipu adik nya tanpa ketahuan ia memberi kesempatan adiknya menarik nafas panjang. Perkampungan sudah sediit terlihat, hembusan nafas Tiki yang ngos-ngosan dan matanya menatap jauh ke perkampungan sana, wajahnya merah sekali, rasa cape kini memuncak, dan punggunya sedikit di sandarkan ke tanah, perlahan ia terkapar di bawah terik matahari, Tara menyodorkan air dalam botol yang di bawanya, air jernih isi ulang dari tempat mereka mandi, mereka biasa meminum air itu tanpa menunggu di masak dulu.
          Tika dan Tigi si adik bungsu, menyambut kedatangan mereka berdua dengan gmbira.
Tigi, “Asik. Kakak pulang,” melonvat bahagia melihat kakak-kakaknya membawa gulungan kayu yang sangat banyak.
Tika, “Sini kak turunin, aku bantu,”
 keindahan,  semua naknya berkumpul memindahkan kayu-kayu hasil bawaan anak pertama dan ketiganya, mereka terlihat sangat kompak walau dengan perbedaan karakter yang di miliki mereka, bi Niah sangat senang dengan pemandangan nya itu.
Tika, “Tika sini nak, bawakan air untuk kakak dan adikmu itu!”
          Dengan sigap Tika langsung membawa seteko air ke pelataran rumah sederhana mereka, selesai sudah kini kayu yang mereka bawa sudah berada di tempatnya. Dekat Hawu yang terdiri dari dua bata yang di tumpuk. Perasaan haru bi Niah memerhatikan kedua anak laki-lakinya itu membuat bi niah Tidak sabar ingin memberi tau, bahwa ada kabar gembira, untuk mereka berdua. Sepulang bi Niah dari pengajian tadi, ada sels penjual kompor yang di kredit, harganya 70,000 dan di cicil perbulan 10,000.  Dengan hati yang sangat senang bi niah menceritakan pada kedua anaknya itu.
Bi Niah, “Nak, mulai besok kalian tidak usah mencari kayu lagi, ibu akan kredik kompor!”
Tara, “apa benar bu?”
          Bi Niah mengangguk kontan membuat cicilan keringat Tiki hilang dalam girangnya, memang ada beberapa tetangganya juga yang sama mengambil kompor kreditan itu.
Tiki, “kapan kompor itu akan datang Bu?” tanya Tiki yang tidak sabar ingin segera memeluk kompor kemerdekaannya.
          Mungkin sore ini Tik,”
          Jawab bi Niah yang duduk bersila di kelilingi ke empat anaknya.
Tara,”Bapak di mana bu?”
Tika,”bapak tidur kak! Selepas muntah-munta tadi.”
Tara,”Kenapa Tik,” terkejut Tara mendengar semua itu dan bergegas msuk ke dalam rumah berniat melihat kondisi ayahnya.
Bi Niah,”Jangan ganggu ayahmu, baru sebentar ia tidur nak!” timpal ibunya.
          Tarapun mengurungkan niat nya untuk msuk kedalam rumah, kini mereka berkumpul kembai di teras rumahnya menanti kedatangan orang yang akan membawa kompor barunya, Tika yang semula masih tidurn di paha ibunya kini beranjak bangun, memusatkan matanya kepada dua laki-laki yang membawa kompor kesalah satu rumah tetangganya, lalu kereka semua memusatkan matnya dengan harapan menunggu giliran kedatangan tamu itu.
Tika, “mah mungkin itu!” tunjuk Tika kepada dua pemuda yang mebawa kompor di halaman rumah tetangganya,
          Mereka semua memerhatikan percakapan antara kedua pemuda itu dan tetangganya yang baru saja keluar dari rumahnya, terlihat kompor itu di serahkan kepada pemilik rumah tersebut, dan setelah berjabatan tangan kedua pemuda tersebut berlalu. Mereka berlima sedikit keheranan, dengan pulangnya tukang kredit kompor itu.
Tika, “Mengapa tidak kesini bu?” dengan cepat tika menanyakan prihal kompor itu.
Bi Niah, “mungkin sedang mengambil kompornya lagi!”
Tiki dan tigi ankat bicara.
“Apa benar ibu telah memesannya?” sedikit keraguan terpancar dari wajah mereka.
Bi Niah, ”Ia nak, tadi ibu ikut survey di musola katanya tuggu saja di rumah.”
          Mendengan penuturan inbunya itu mereka berempat kembali tenang, dan melanjutkan penantian indahnya, hening kini menyelimuti penantian mereka. Hingga terdengan suara pintu di buka dari rumah tetangganya, seorang ibu-ibu setengah baya keluar dari pintu tersebut, jaraknya mungkin lima meter dari halaman rumah mereka,  dan kini menuju ke arah mereka, lalu Tika bangun dari tidurannya dan menyambut kedatangan orang yang telah mendapat kompor tersebut.
Ibu tua, “asallamualaikum.” Sapanya indah
          Dan semua anggota keluarga bi Niah bangun menyambut kedatangan tetangganya itu dengan senyuman, setelah mempersilahkan masuk ke halaman yang sebetulnya tidak di pagar sama sekali itu mereka langsung mendapat kabar kepastian akan kompornya itu.
Ibu tua, “Bi kompor tidak jadi kirim ke sini.”
          Ibu tua itu menjelaskan mengapa kompor impian bi niah tidak kunjung datang, katanya sambil bercerita bahwa biniah tidak lulus survei, karena kompor di kirim atau tidak itu berdasarkan pekerjaan suaminya, kini ayah Tara hanyalah manusia yang sakit-sakitan , dan di ragukan untuk bisa menyicil kompor tersebut, airmata penantian menghinggapi Tika si anak perempuan manis, tetapi bi Niah masih kelihatan tegar dengan semua itu, ia hanya pamit dari anak anaknya yang manis itu untuk melihat ayahnya di dalam, Tara mengerti ada penyesalan yang sangat mendalam dari diri ibunya itu, dan baru kali ini Tara melihat langkah lemah ibunya itu, dari matan ibunya itu tidak bisa di tutupi keluarnya kesedihan dan kekecewaan yang enggan di ketahui anak-anaknya.
 Sewaktu ibunya bilang ingin masuk kedalam rumah, melihat ayahnya. Ada butiran airnata yang menyebabkan lentik mata bi niah berkaca kaca, sulit di bayangklan memang. orang pasti tidak akan begitu mempercayai keluarga mereka bahkan hanya untuk menyicil satu buah kompor seharga sepuluh rubupun perbulan . tidak mampu membuat orang lain percaya akan cicilan yang bisa di tempuh,.

Sabtu, 21 Juli 2012

puasa

Ratapan pasir bersama ombak, menggiring rindu yang tiada tara, suara azan pelepas gundah kini semakin merdu dengan tanda berbuka puasa. Tara masih semyum walau kakinya hampir tak mengerti arah yang di tujunya. bedug meghrib ini, semua orang telah sibuk dengan urusan bebukanya, karena memang ini adalah hari pertama berbuka puasa setelah MUI mengumumkan bahwa 1 ramadhan bertepadan dengan hari sabtu.
              Ada yang membawa makanan pembuka, ada yang membawa nasi lengkap dengan lauknya, Tara masih tersenyum dengan tangan kosongnya dan lankah takterarahnya. kini tara memusatkan metanya pada seorang anak kecil yang sedang duduk di kursi tunggu sebuah warung kaki lima, ibunya berdiri menanti antrian Kueh yang di pesan, anak itu melirik ke arah Tara, lalu tara memberi senyuman termanis pada anak itu, dengan tangan penuh dengan barang bawaan dari mulai snack, ES, buah-buahan dll, anak itu melah memalingkan mungkanya terhadap tara, mungkin merasa senyuman tara sedikit mengacam barang bawaannya, Tara menghela nafas dan sedikit berhenti berjalan tepat di hadapan anak itu, anak itu sedikit ketakuan dan memanggil-manggil ibunya yang sedang mengantri, tentusaja ibu kurang begitu memerhatikan seruan anaknya itu, kini anak itu berdiri dan berjalan menghampiri ibunya. Tara pun melanjutkan langkah gontainya. tepat kini semua manusia di jalanan sudah sepi dan para pedagang sedang menghitung pendapatannya di maghrib penuh berkah ini, tapi Tara masih duduk dan tersenyum indah memandang botol minuman temannya berbuka. erikrahmanhakim 

Kamis, 19 Juli 2012

Mahameru



MAHAMERU : “Sebuah Legenda Tersisa - Puncak Abadi Para Dewa”



Gunung Mahameru merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Mahameru mempunyai ketinggian setinggi 3,676 meter.

Gunung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.676m dari permukaan laut dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif.

Gunung Mahameru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Namun sebenarnya masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir.

Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.

Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1913 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.

Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi: - Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda - Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai. - Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran. - Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.

Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.

Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo…

Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa…