Catatan pribadi
|
|
|
|
Materi bimbingan
MENGHINDARI PENYIMPANGAN DAN GANGGUAN KERUKUNAN
Pendahuluan
Pembahasan kali ini adalah bentuk tanggung jawab
moral kami sebagai seorang muslim, yang harus saling menyelamatkan ‘Aqidah dan
Syari’at sesama muslim yang lain.
Tanggung jawab moral itu terbentuk
oleh adanya rasa kekhawatiran kami, terhadap keselamatan saudara si-iman,
khususnya mereka yang merupakan tunas bangsa dan generasi di masa mendatang,
agar tidak terjerumus pada hasutan aliran-aliran perusak syari’at dan
pengganggu keamanan negara.
Pada kesempatan ini kita tidak akan
membahasnya dari sudut politik dan tidak akan membahas kasus perkasus. Fokus
pembahasan kami “Bagaimana kita membentengi diri agar terbebas dari hasutan aliran-aliran
perusak syari’at dan pengganggu keamanan Negara”
Beberapa pengertian awal yang perlu
di fahami
Ø Ikhtilaf
(Perbedaan pendapat) ada dua macam :
1.
Ikhtilaf dalam wilayah keseragaman.
Dalam wilayah ini tidak ada vonis
salah dan benar, semua pendapat dan pandangan berjalan pada jalurnya
masing-masing, benar dan salah hanya menurut mereka yang menyalahkan dan
membenarkannya, Ikhtilaf inilah yang di kategorikan oleh Rosululloh Saw dalam kategori
ikhtilaf yang membawa rahmat (Al-Ikhtilafu Rohmatun). Lalu apa saja yang
perlu kita fahami agar suatu ikhtilaf menjadi rahmat sebagaimana yang di isyaratkan
oleh Nabi Muhammad Saw, sedikitnya ada lima perkara yang perlu kita fahami :
a. Kenapa
boleh berikhtilaf/berbeda pendapat? …….
Jawabannya :
·
Sebab manusia memang di ciptakan tidak
sama dalam berbagai hal.
·
Agar dengan perbedaan itu manusia saling
mengisi kekurangan satu dengan yang lain, dan dengan cara seperti itulah Alloh
Swt menghubungkan (mensosialkan) kita, sehingga manusia dikenal sebagai makhluq
sosial.
·
Agar manusia mendekatkan diri kepada
Alloh Swt, bermasyarakat dan mencintai negaranya dengan cara yang benar, sesuai
dengan kemampuannya (Daya tangkapnya).
b. Dalam
hal apa saja dibolehkan berbeda pendapat? ………
Jawabannya :
·
Dalam hal yang tidak menyangkut
dasar/prinsip kebenaran agama (Ushuludin).
·
Dalam hal-hal yang tidak mungkin dapat
disamakan, maka perbedaan itu harus dibiarkan berjalan berdampingan, selama
masih dapat saling menghargai.
·
Dalam hal yang dapat menyandingkan
kebenaran dengan kebenaran, jadi tidak boleh (Haram) menyandingkan kebenaran
dengan kesesatan atau kema’siatan.
c. Bagaimana
cara melakukan pendekatan/kompromi dalam perbedaan-perbedaan tersebut? ……...
Jawabannya :
·
Perbedaan yang terjadi didalam agama,
dapat di kompromikan dengan melakukan metode pendekatan tafsir, pengkajian hadits, peninjauan
sejarah, musyawarah, saling menghormati dan lain sebagainya.
·
Di luar agama dapat di lakukan dengan metode
pendekatan musyawarah, kesepakatan bersama, undang-undang atau dengan
batasan-batasan yang telah di sepakati bersama.
·
Semuanya itu haruslah dengan azas, untuk
mencari kemaslahatan bersama.
d. Apa
saja hikmah/faidah dari perbedaan yang terjadi? ……..
Jawabannya :
·
Agar kita bersyukur kepada Alloh Swt. Yang kaya berterima kasih
kepada yang miskin, yang kuat berterima kasih kepada yang lemah, yang pintar
berterima kasih kepada yang bodoh, yang di depan berterima kasih kepada yang di
belakang, yang memimpin berterima kasih kepada yang di pimpin, hanya!
yang benar yang haram berterima
kasih kepada yang salah, sebab salah bukan dari Alloh Swt. Sementara kaya,
miskin, kuat, lemah, pintar, bodoh, di depan, di belakang, jadi pemimpin, jadi
rakyat dan yang lainya semua itu ujian dari Alloh Swt.
·
Perbedaan adalah keindahan dan
keserasian hidup, yang pada akhirnya semua itu akan membuktikan tentang kebijaksanaan Alloh Swt.
·
Banyak pilihan hidup sesuai dengan
kemampuan dan cara berfikir masing-masing.
·
Perbedaan merupakan tolak ukur segala
sesuatu, contoh:
ü Tolak
ukur kesuksesan adalah kegagalan begitupun sebaliknya.
ü Tolak
ukur kekayaan adalah kemiskinan begitupun sebaliknya.
ü Tolak
ukur kebaikan adalah keburukan begitupun sebalinya.
·
Untuk mendapatkan kemuliaan (pahala),
karena Alloh Swt. Akan memuliakan orang yang memuliakan orang lain dan
menghormati pendapat orang lain, dan janji Alloh itu akan sia-sia seandainya
manusia diciptakan dalam kondisi yang serba sama dan serupa.
e. Bagaimana
seharusnya menyikapi perbedaan? ……..
Jawabannya :
·
Galilah dan perdalamlah persamaan,
jangan perbedaan yang selalu di ungkit dan di perbesar, meskipun persamaannya hanya
sedikit, sebab tidak jarang yang sedikit dan remeh itulah yang jadi pemersatu.
·
Jadikan prinsip bahwa menghormati itu
sangat mulia, lebih mulia daripada hanya sekedar ingin di hormati saja.
2.
Ikhtilaf dalam wilayah
penyimpangan.
Dalam wilayah penyimpangan harus ada
vonis benar, salah, lurus atau menyimpangkah suatu pendapat, dan yang kita
bahas (tentang aliran sesat) ada dalam wilayah yang kedua ini, pada wilayah ini
tidak ada toleransi sebab kalau ada berarti kita membiarkan dan mengizinkan
kesesatan dan penyimpangan berkembang di masyarakat.
Ø Islam
sangat menjunjung tinggi toleransi se-agama dan antar umat beragama.
Kalau kita mempelajari sejarah
peradaban manusia, maka sepanjang itu pulalah perjalanan sejarah tentang
toleransi, bahkan pada pra-sejarah dimulainya kehidupan manusia kisah tentang
toleransi dalam arti saling meghargai dan menghormati telah terkisah antara
manusia, malaikat dan iblis. Jika kisah antara malaikat dan manusia
mangkisahkan sebuah kisah untuk saling menghormati, maka kisah tentang manusia
dan iblis adalah contoh bagaimana toleransi itu tidak berjalan dengan baik.
Ø Kalau
begitu, apakah toleransi itu? ………
Berikut ini kami kemukakan dalam
bentuk tabel beberapa pendapat, tafsiran atau terjemahan dari kata toleransi
yang di sampaikan oleh beberapa tokoh yang berbeda latar belakangnya :
Tabel
Nama
|
Sumber
|
Arti
yang di sampaikan
|
Tahun
|
Elias
a elias & Ed.E.Elias
|
Kamus
|
Saling
menanggung, meringankan, mempersilahkan, memudahkan, sabar, membiarkan.
|
1982
|
Prof.
DR. H. Mahmud Yunus
|
Kamus
|
Memaafkan,
berlaku lemah lembut, memudahkan, sama-sama berlaku baik, memberi tempo.
|
1972
|
Atabik
Ali & Ahmad Zuhdi Mudhor
|
Kamus
|
Bersikap
murah hati, ramah, bersikap gampang, kelembutan.
|
1996
|
Munjid
“Al-Ma’luf” kepustakaan katolik
|
Kamus
|
Memudahkan,
bersikap lembut, santai, memenuhi permohonan.
|
1986
|
Itulah semua arti yang telah di
sampaikan dan di definisikan oleh mereka yang latar belakangnya bermacam-macam,
namun semua arti yang mereka sampaikan akan bermuara pada dua kata satu arti,
yaitu SALING MENGHORMATI .
Namun kenapa, saat ini ada kecenderungan untuk
memaknai toleransi dengan sikap cuek, acuh tak acuh dan saling membiarkan. Maka
marilah sejenak kita memahami lebih dalam arti toleransi dari sudut yang
berbeda, dengan memahami 3 butir pemahaman pokok :
Pertama:
Kalimat SALING, mengandung hukum
timbal balik, maksudnya ada saatnya kita dihormati orang lain namun pada
kondisi yang lain kita yang harus menghormati orang lain. Andaikata semua orang
hanya ingin dihormati saja tentunya kalimat SALING ini tidak akan berjalan,
sebab dunia hanya akan di penuhi oleh orang yang angkuh yang hanya mau menerima
penghormatan tanpa mau menghormati orang lain, dalam bahasa para ‘ulama amat
jelas bahwa, Menghormati orang lain berarti kamu menghormati dirimu sendiri,
begitupun hadits Nabi banyak menyinggung hal ini “ Sayangilah semua (makhluq)
yang ada di bumi, niscaya akan menyayangimu (Dzat) yang ada di langit (Alloh)”
H.R. Bukhori-Muslim.
Kami ingin menyampaikan, bahwa
ketika kita menghormati orang lain kita telah memulai untuk menghormati diri
kita sendiri, dengan tiga alasan yang sudah pasti :
1. Karena
orang lain hanya akan menghormati orang yang pantas mereka hormati, salah
satunya adalah orang yang pernah menghormati mereka. Dengan catatan bahwa
walaupun sensungguhnya penghormatan seperti itu, mungkin hanya sebuah bentuk balas
budi belaka.
2. Sesuai
dengan kemampuan orang lain, maksudnya adalah adakalanya orang lain bukan tidak
mau untuk menghormati kita, tetapi kita tidak mempunyai sesuatu yang pantas
untuk mereka hormati. Jadi sebetulnya di luar batas kemampuan seseorang,
apabila kita memaksa orang lain untuk menghormati kita, padahal kita tidak
pantas untuk di hormati.
3. Alloh
Swt dan RosulNya telah memberitakan sesuatu yang pasti, bahwa menghormati orang
terlebih dahulu sebelum di hormati adalah lebih utama, bahkan agama
memerintahkan untuk membalas semua penghormatan itu dengan yang lebih baik,
firman Alloh Swt. Dalam Q.S. An-Nisa ayat 86 Artinya ”Dan apabila kamu di hormati
dengan suatu penghormatan, maka balasalah dengan penghormatan yang lebih baik
atau dengan yang serupa”.
Cara menafsirkan dan memahami ayat ini
cukup dengan cara yang sangat sederhana, sebagai berikut : ”Coba anda bayangkan, apabila anda
menghormati orang lain berarti anda telah menghutangi orang lain dengan
penghormatan, dan orang lain akan membalasnya dengan penghormatan yang lebih,
maka makin sering anda menghormati orang lain, berapa kali lipat balasan yang
akan anda terima? …… Namun sebaliknya, jika anda menahan balasan suatu
penghormatan kepada orang lain yang menghormati anda, maka hutang anda akan
semakin menumpuk dan apa jadinya jika penghormatan itu ditagih oleh yang berhak
di akhirat nanti. NA’UDZU BILLAH …..
Kedua :
Marilah kita menghormati sesuatu
yang terhormat, Jadi bukan toleransi apabila kita menghormati sesuatu yang
tercela, kalaupun itu terjadi maka semua itu adalah toleransi yang tercela, dan
itu bukan toleransi dalam arti saling menghormati, tetapi toleransi dalam arti
saling mencela karena kita telah membiarkan perbuatan yang tercela.
Ketiga :
Tujuan
saling menghormati, pada akhirnya adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan
kedamaian bersama, maka orang yang tidak mau saling menghormati mereka bisa di
kategorikan sebagai pengganggu kerukunan ber-agama dan berbangsa.
Ketika
kita sadar bahwa manusia diciptakan berbeda, maka kita harus siap untuk saling
menghormati dan saling menghargai, tidak boleh tidak.
Renungan hari ini !!! …
Hanya
saja, wahai saudaraku! Di negeri ini yang sulit adalah menentukan mana yang
benar, yang kita harus bersepakat atas kebenaran itu, sehingga pada kondisi
tertentu sulit untuk saling menghormati, karena kita sudah berbeda pandangan
mengenai kebenaran yang harus kita hormati.
Bentuk penyimpangan yang ada
sekarang
Ø Secara
umum penyimpangan yang di lakukan oleh aliran-aliran sesat yang berbasis agama
islam sampai saat ini ada tiga :
a.
Membelokan pengertian-pengertian agama. Seperti
:
·
Salah menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an
dengan sengaja.
·
Membelokkan arti jihad dari yang
sesungguhnya.
·
Menafsirkan arti kenabian dengan
seenaknya.
·
Membuat pengertian sendiri mengenai pembentukan
Negara islam. Dan lain-lain.
b.
Penghasutan atas nama agama, untuk tujuan tertentu.
Sehingga, semua dalil agama mereka kerahkan
hanya untuk membenarkan aksi hasutannya, baik untuk tujuan pribadi, ekonomi, teror,
kekerasan, dendam, politik dan lain-lain.
c.
Keluar dari
syari’at. Seperti :
·
Membuat agama
baru dengan mencampur adukan semua agama.
Indikasi
penyimpangan
Ø Asal
dari indikasi(ciri) penyimpangan adalah, bahwa apa saja yang mereka yakini, mereka
lakukan dan mereka sebarkan semuanya menyimpang dari ajaran islam yang sudah
pasti(qoth’i) dan disepakati oleh para ‘Ulama secara turun temurun.
Ø Namun
demi memudahkan pemahaman kita sebutkan beberapa hal, diantaranya :
a.
Merasa paling benar sendiri.
Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan
orang diluar golongannya mereka, dan menyalahkan orang lain dengan kebenaran
yang hanya ada pada diri mereka saja.
b.
Gerakan da’wahnya(kalau boleh kita
sebut itu da’wah) selalu di bawah tanah/diam-diam.
Hal itu disebabkan mereka sadar betul
bahwa gerakan mereka itu menyimpang, berbeda jauh dengan da’wah yang di lakukan
oleh Rosul Saw. Dan para shohabat.
Catatan: jadi anda harus curiga jika suatu ajakan
tidak boleh di ketahui orang lain !!!…………..
c.
Membenarkan semua cara untuk mencapai
tujuan.
Maksudnya,
dengan alasan bahwa tujuan mereka itu mulia, mereka membolehkan pengikutnya
untuk berbuat dosa seperti mencuri, berbohong, meninggalkan perintah agama,
membunuh, durhaka kepada orang tua, berzina, menipu dan lain-lain. Jika
demikian halnya maka menurut kami mereka termasuk kelompok yang akan
membolehkan ibadah haji dengan harta haram, berjihad dengan cara yang kotor,
menyumbang mesjid dengan harta haram. Pertanyaannya, Apakah Nabi Saw di utus
untuk mensyari’atkan hal itu? ……. Lalu Nabi mana yang mereka ikuti? …….
d.
Gerakan da’wahnya pamrih.
Apabila Rosul Saw Sangat
mengedepankan keikhlasan dan pengorbanan dalam berjuang maka lain halnya dengan
mereka yang sangat pamrih, bahkan iuran itu di wajibkan. Kita mengetahui
melalui sejarah, bahwa bukan saja Nabi tidak mendapatkan keuntungan dari
posisinya sebagai Nabi, justru hartanya yang ada habis untuk berjuang di jalan
Alloh Swt. Disinilah mata hati orang yang beriman akan menangkap kesesatan itu,
masih maukah terpedaya? …………. Marilah kita renungkan firman Alloh Swt. dalam
Q.S. Yasin ayat 20-21.
Penyebab
kemunculannya dan penyebarannya
Ø Secara
khusus, munculnya kesesatan yang bersifat pribadi seperti mengaku dirinya
sebagai tuhan, malaikat jibril, nabi atau mengaku mengetahui hal-hal ghoib, membuat
agama baru(dengan mencampurkan adukan semua agama) dan lain-lain. Semua itu
terjadi lebih karena faktor internal (pribadi) seperti : karena jiwanya yang
labil, bersekutu dengan syetan, tidak berilmu(kebodohan), keinginan terpendam,
halusinasi atau karena diperbudak hawa nafsu.
v Namun
seorang kriminolog (Adrianus Meliala) menyebutkan, bahwa kemungkinan
kemunculannya juga dapat disebabkan, karena seseorang tidak merasa puas dengan
agama/keyakinan sebelumnya, sehingga dia mencoba mencari solusi permasalahan pribadinya
di luar agama yang dia anut.
Ø Sementara
penyimpangan/kesesatan yang bersifat jama’ah muncul karena beberapa hal :
a.
Disengaja untuk tujuan tertentu, seperti
tujuan pribadi, kelompok, politik, ekonomi, dan lain-lain.
b.
Karena adanya ketidak puasan kepada
pihak tertentu, seperti kepada seseorang, kelompok, pemerintah, para ‘ulama
atau kepada situasi yang menurut mereka salah sehingga mereka menginginkan
perubahan.
c.
Kebodohan, yang menimbulkan salah tafsir
kepada beberapa pengertian agama, maka konsekuensi logisnya adalah tindakan dan
perilaku yang salah pula.
Ø Kami
berkesimpulan, bahwa kebodohan adalah penyebab utama menyebarnya
aliran-aliran sesat, serta kebodohan pulalah yang mempunyai andil besar dari mulai
kemunculan aliran sesat, penyebarannya dan bertahannya aliran-aliran sesat di
masyarakat saat ini, mungkin hingga masa mendatang ! ………………
Istilah cuci otak (Brain Washing)
Ø Dalam
bahasa yang mudah di fahami (bahasa sehari-hari), pencucian otak itu terjadi
karena di dalam otak kita ada kotoran, kemudian kotoran itu kita istilahkan
dengan penyakit.
Ø Penyakit utamanya ialah Kecenderungan memahami
segala sesuatu dengan otak/akal saja, dari itulah disebut cuci otak bukan cuci
hati, sebab logika itu dapat digiring, diarahkan dan dipengaruhi sementara
hati/iman tidak demikian, tentunya disamping masih banyak lagi penyakit yang
lainnya.
Ø Dari
kasus-kasus yang ada, setidaknya ada beberapa modus/cara pencucian otak :
1.
Pengosongan fikiran.
Caranya, anda dipengaruhi untuk
menganggap salah semua yang anda yakini, anda pegang dan anda amalkan selama
ini, dengan sendirinya anda akan meninggalkan semuanya itu lalu di isilah otak
anda dengan doktrin mereka.
2.
Menciptakan keraguan.
Caranya, dengan berdiskusi yang
menggiring dan mengarahkan fikiran anda, anda akan di paksa untuk mengikuti
segala arahan mereka, cara berfikir mereka dan teori mereka, setelah anda ragu
lalu mereka memasukan kedalam otak anda sesuatu yang hanya benar menurut mereka
saja.
3.
Karena ada kesempatan.
Seperti pada anda yang sedang kacau
fikirannya, lemah imannya, ilmunya, labil kepribadiannya atau secara kebetulan
anda adalah orang yang sedang mencari solusi atas segala permasalahan yang
sedang anda hadapi, maka bak seorang pahlawan pendoktrin akan dengan mudah
memberikan solusi kepada anda padahal itu racun yang menyesatkan.
4.
Pembudakan fikiran.
Diantara caranya adalah, anda diiming-imingi
surga, kesenangan abadi, kitalah yang paling benar atau didorong untuk menjadi
pahlawan kesiangan bagi agama Alloh Swt, Kalau sudah terpengaruh, maka lihatlah
anda akan menjadi budak mereka dan seperti di hipnotis, dengan suka rela anda
akan berbohong kepada orang tua, menipu, melakukan teror, bunuh diri dan
berbuat kejahatan lainnya. Pada kondisi seperti itu anda adalah orang yang
sudah menjadi budak mereka, karena otak anda sudah dipengaruhi oleh cara
berfikir mereka, sehingga memori anda telah lupa kepada kebenaran yang
sesungguhnya, bagi anda yang benar adalah doktrin orang yang mencuci otak anda.
. Dari sekian banyak modus, pembudakan
fikiran adalah yang paling berbahaya, karena korbannya akan sulit untuk di
kembalikan kepada jalan yang benar, kasus ini sama dengan kasus bid’ah yang
sering diperingatkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada kita dengan keras bahwa
bid’ah itu lebih berbahaya dari dosa biasa, sebab dosa akan terhapus dengan
Istighfar (Taubat), tetapi tidak demikian halnya dengan bid’ah pelakunya tidak
akan bertaubat sebab mereka tidak merasa berdosa, dengan kata lain mereka telah
menganggap benar sesuatu yang salah.
5.
Dan masih banyak lagi cara yang akan
mereka tempuh selama mereka bersekutu dengan syetan, sesuai dengan kondisi pada
suatu zaman, sampai hari qiyamat.
Pencegahan lebih baik dari
pengobatan
Ø
Kami membagi pencegahan itu menjadi dua bagian :
1.
Pencegahan dari dalam diri kita, diantaranya
yang dapat kita lakukan :
a.
Memahami agama dengan baik, benar dan menyeluruh. Meskipun tidak harus
menjadi ahli (‘Ulama) sekurang-kurangnya kita harus memahami dasar-dasar agama
yang pokok.
Catatan: Terlalu mengedepankan akal/logika merupakan
batu sandungan dalam memahami agama.
b.
Laksanakanlah perintah agama dengan kesungguhan hati.
Banyak orang yang lari dari perintah agama, karena
menurut mereka perintah agama itu tidak ada manfaatnya, hal itu mengakibatkan
mereka mencari solusi atas segala permasalahan dan keluhan hidup diluar agama,
dan hasilnya tentu dapat kita pastikan bahwa mereka akan masuk dalam jebakan
aliran-aliran yang menyimpang. Maka, laksanakanlah perintah agama dengan
kesungguhan hati agar mendapat keutamaan dari ibadah tersebut, dalam bahasa
yang ringan dan mudah difahami adalah “Bukan pahalanya yang setengah-setengah
tetapi ibadahnya yang setengah-setengah, lebih lagi kalau tidak beribadah”.
c.
Perbanyaklah konsultasi/curhat.
Maksudnya, jangan dipendam sendiri setiap
permasalahan yang di hadapi, apalagi kalau sampai di simpulkkan sendiri, lalu
kesimpulan itu kita jadikan pedoman hidup yang salah dan tidak berdasarkan
kepada ilmu, inilah awal kehancuran seseorang, yaitu jika telah berpedoman
tanpa dasar ilmu.
2.
Pencegahan dari luar.
a.
Sibukanlah diri kita dengan kegiatan yang bermanfaat.
Agar kegiatan itu memalingkan perhatian kita dari
ajakan dan pengaruh sesat. Maka kita tidak akan mempunyai waktu dan kesempatan untuk memperhatikan
ajakan-ajakan yang kurang bermanfaat, apalagi kalau kegiatan yang bermanfaat
itu dapat membentengi diri kita dari ajakan menyesatkan, maka dengan sendirinya
kita akan mempunyai filter (saringan) untuk memilih ajakan mana yang benar dan
salah, sebab jangan sampai kita menjadi pribadi yang tertutup.
b.
Batasilah pergaulan dengan ‘arif dan
bijaksana.
Kita adalah makhluq yang sempurna,
suci dan terpilih. Alloh Swt Telah membekali kita dengan akal , hati dan agama
untuk menjaga kesucian tersebut. Jadi apabila seseorang bertanya, bagaimana kita
menjaga agar tidak terpengaruh oleh pergaulan yang merusak kesucian? …
jawabannya adalah dengan menggunakan bekal-bekal itu.
Sejujurnya banyak hal yang dapat
kita bedakan antara benar dan salah, dengan menggunakan akal, hati dan agama,
namun pada kenyataannya banyak di antara kita yang lebih menggunakan hawa nafsu
serta lebih tunduk pada ajakan syetan.
Beberapa
contoh doktrin yang perlu di waspadai
Ø Perlu
diwaspadai karena doktrin-doktrin tersebut sering dikamoflase (dikaburkan),
seakan-akan benar, seakan-akan dari islam, seakan-akan sunnah Rosul Saw. padahal
bukan.
Ø Diantaranya:
1.
Kafir adalah musuh.
Boleh
jadi pendapat ini sebetulnya muncul karena kewaspadaan yang berlebihan dari
mereka yang sangat ingin islami, sehingga dalam memelihara keislamian tersebut,
menjadikan mereka memandang bahwa peri-kehidupan orang kafir merupakan ancaman
yang dapat merusak sendi-sendi keislaman. Jika demikian halnya maka kesan yang
dapat kita fahami dari pendapat ini adalah:
a. Islam hanya dapat terpelihara
apabila keyakinan dan syari’at/hukum selain islam di hilangkan,
padahal Alloh Swt. Berfirman dalam Q.S. Al-Ma’idah ayat 105, bahwa tidak akan
membahayakan kesesatan apapun yang ada di dunia apabila kita mendapat petunjuk
atau pemeliharaan dari Alloh Swt. Dan pemeliharaan itu datang karena ketaatan,
bukan karena tidak ada gangguan.
b. Di dunia ini hanya satu agama yang
boleh ada, sebab pendapat ini memberi kesan bahwa islam tidak
bisa berdampingan dengan agama lain, Benarkah? padahal islam agama Rohmatan lil’alamin.
c. Islam ajaran kebencian,
yang mengajarkan bahwa kita benar yang lain salah dan kita wajib membenci yang
salah dan harus memeranginya. ajaran sesungguhnya yang diajarkan Rosul Saw.
adalah bahwa kita yang paling benar di dunia dan akhirat menurut kita, kita
harus memelihara dan mewariskannya kepada anak cucu kita dan yang meyakini
kebenaran islam sama seperti kita (yang se-iman), namun kita tidak berhak
memaksakan keyakinan ini kepada orang lain yang berbeda keyakinan, dengan
beberapa alasan, pertama: Karena Alloh Swt. Berfirman Q.S. Al-Baqoroh
Ayat 256, yang intinya tidak ada paksaan dalam memeluk agama islam, sebab
kewajiban kita adalah berda’wah, menasihatkan, berusaha, mendo’akan dan memberi
contoh dengan tauladan akhlaqul karimah, dan bukan menjadikan semua manusia
masuk islam. Walaupun bukan berarti haram untuk berda’wah keluar islam. Kedua:
Memeluk agama islam harus dengan hati yang murni yaitu ikhlash dan dengan
ilmu, keterangan firman Alloh Swt. Q.S. Al-Bayyinah Ayat 5. Ketiga:
Kewajiban pokok untuk menyebarkan agama secara mutlaq adalah kewajiban para N/abi
dan Rosul ‘Alaihimussalam, sementara tugas kita sekarang adalah menjaga dan
meneguhkan orang-orang yang sudah mendapat petunjuk. Dalam tatanan bernegarapun
kita mempunyai suatu asas pokok yaitu suatu etika untuk tidak menyebarkan agama
kepada orang yang telah beragama, ini yang di maksud oleh sila pertama
pancasila yaitu ketuhanan yang maha Esa. Yang berarti bahwa seluruh warga
Negara republik Indonesia adalah orang yang ber-agama. meskipun pada dasarnya
tidak ada larangan dan tidak melanggar hukum Negara apabila seseorang berpindah
agama, namun agama kita bahkan mungkin semua agama akan mengecam perbuatan
tersebut dan dari situlah Alloh Swt. Memberi tanggung jawab kepada kita untuk mengikat dan memelihara semua muslim dari
pemurtadan-pemurtadan yang ada.
Peringatan!



2.
Berlainan pendapat/madzhab adalah sesat
dan salah.
3.
Perjuangan menegakan agama Alloh Swt.
Adalah wajib dengan cara apapun harus ditegakan meskipun harus berbohong,
mencuri dan lain lain.
4.
Doktrin tentang Bai’at.
Menurut mereka seseorang yang ingin
memeluk islam harus di bai’at (sumpah/janji setia) mereka memutar balikan
pengertian bai’at, mereka membuat syarat dan rukunnya sendiri sesuai dengan
keinginan mereka dan mereka menciptakan sendiri tatacara/proses bai’at, yang
sesungguhnya bukan bai’at tapi pemaksaan yang mengikat dan pencucian otak para
pengikut mereka.
5.
Doktrin tentang syahadat.
Sama halnya dengan bai’at merekapun
membuat pengertian, syarat dan rukun sendiri yang jauh dari ajaran agama islam
yang sesungguhnya.
6.
Tentang kenabian, bahwa nabi telah di
tutup tetapi rosul masih terus akan di utus.
7.
Doktrin hari qiyamat.
Diantara banyak doktrin yang
bertebaran maka doktrin tentang hari qiyamat adalah doktrin yang paling
murahan, sebab doktrin ini tidak lebih dari hanya sekedar untuk membuat
orang putus asa, malas bekerja, cari sensasi, mendorong orang untuk terjerumus
pada takhayul, dan pada puncaknya, hanya pasrah pada keadaan yang menolak
berbagai bentuk usaha dan upaya untuk merubah keadaan.
Yang benar (yang setidaknya harus kita fahami)
adalah :
(1) Bahwa qiyamat sudah dekat
pengertian dekat ialah, sebab dia makin mendekat setiap saat waktu berjalan,
dia tidak mungkin makin menjauh, apalagi sesungguhnya 100 tahun atau 1000 tahun
adalah sangat singkat untuk ukuran dunia dibanding akhirat. Ket
Q.S. Al-Qomar ayat 1 & Asy-Syuuro ayat 17.
(2) Namun kita tidak
dan mustahil akan mengetahui kapan tepatnya itu akan terjadi, kita hanya di
beritahu oleh Alloh Swt. mengenai tanda-tandan akan kedatangannya, semua itu
agar kita mempersiapkan bekal untuk menyambutnya dan menyambut kehidupan
sesudahnya, jadi bukan masalah kita tahu atau tidak kapan qiyamat akan datang,
siap atau tidak kita menyambut qiyamat itu permasalahannya. Maka kecelakaanlah
bagi orang yang telah menyia-nyiakan sisa umurnya hanya untuk meremal kapan
qiyamat akan datang. Ket Q.S. Luqman ayat 34.
(3)
Qiyamat pasti akan terjadi semua itu sudah kehendak AllohSwt. Bukan
kehendak peramal, bukan pula karena alam sudah tua atau karena alam sudah tidak
sanggup lagi menampung kema’siatan manusia dan kerusakan yang di timbulkannya.
Qiyamat terjadi agar manusia menerima balasan atas perbuatan selama hidupnya. Ket.
Q.S. Thoha ayat 15 & Al-Jaatsiyah ayat 32.
8.
Faham menyesatkan, seperti sholat cukup
niat saja, al-Qur’an bukanlah nama kitab, dosa dapat di tebus dengan materi dan
lain-lain.
9.
Doktrin tentang negara islam yang sering
di kamoflasekan/dikaburkan.
Hikmah dan Nasihat
Ø Semua
yang terjadi saat ini adalah ujian dan secara bertahap akan membuktikan
kekuasaan Alloh Swt.
Ø Sebagian
dari aliran yang kita bicarakan itu muncul karena keprihatinan mereka dengan
kondisi umat saat ini. Ruh dan semangat ini harus ada pula pada jiwa kita,
namun jangan di kotori dengan cara yang menyimpang dan sesat seperti mereka.
Ø Alam
ini terdiri dari banyak unsur, seperti:
·
Bumi …................ Mencakup Negara,
hutan, laut, kutub, padang pasir, kekayaan alam dan lain-lain.
·
Langit ………….. Mencakup bintang-bintang, udara, awan, cuaca, petir
dan lain-lain.
·
Benda mati …….. Mencakup bebatuan,
tanah, air, hasil tambang dan lain-lain.
·
Makhluq hidup ... Mencakup manusia,
muslim, non muslim, hewan buas, jinak, malaikat, jin yang taat dan yang tidak
taat. Sementara islam, merupakan
rahmat bagi kesemuanya itu, dan kewajiban kita untuk mewujudannya.
Ø Islam
yang harus kita tonjolkan adalah nilainya bukan simbolnya, buktinya dan bukan
teorinya.
Ø Tujuan
yang baik sekalipun, jangan sampai membuat kita menghalalkan segala cara.
Bandung Barat, 24 juli 2011
Penulis
Eka Nugraha
LANJUTKAN,,,SEMUGA BERMANGFAAT BUAT KITA SEMUA,,,
BalasHapus